Sunday, December 23, 2018

INTERFERENSI


KATA PENGANTAR
           
            Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikanprotap mengenai “Interferensi”ini. Dan tak lupa penulis kirimkan salawat kepada Nabi kita Muhammad S.A.W. Yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna bagi alam semesta.
Dengan adanya penulisan protap ini, penulis berharap dapat membantu dalam pembelajaran, dan bisa menyelesaikan masalah-masalah khususnya dalam ruang lingkup elektroterapi & sumber fisis mengenai interferensi. Disamping itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan protap ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

                                                                                                            Penyusun,


                                                                                   


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................ .... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
Tujuan Program .................................................................................................... 1

BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A.      Definisi Interferensi .................................................................................. .... 2
B.       Fisika Dasar Interferensi ............................................................................... 2
C.       Biofisika Interferensi ..................................................................................... 3
D.      Neurofisiologi Interferensi ............................................................................ 4
E.       Efek Fisiologi dan Terapeutik Interferensi .................................................... 5
F.        Indikasi dan Kontraindikasi Interferensi ...................................................... 6
G.      Metode dan Teknik Interferensi .................................................................... 6
H.      Pengaplikasian Interferensi ........................................................................... 8

BAB 3. PENUTUP ............................................................................................. 9
A.      Kesimpulan .................................................................................................... 9
B.       Saran   ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .... 10

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Arus Frekuensi Medium adalah arus AC yang mempunyai frekuensi antara 1000 Hz – 100.000 Hz (menurut Wyss). Arus interferensi sendiri memiliki frekuensi dasar 4000 Hz. Arus ini kemudian dibentuk menjadi Amplitudo Modulation Frekuensi (AMF) yang digunakan sebagai frekuensi pengobatan.
Arus yang dihasilkan akan membentuk amplitudo modulasi yakni arus yang selalu berubah-ubah intensitasnya secara teratus dari tinggi ke rendah dan sebaliknya.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan interferensi?
2.      Apa saja fisika dasar dari interferensi?
3.      Apa saja biofisika dari interferensi?
4.      Bagaimanan neurofisiologi dari interferensi?
5.      Apa saja efek fisiologis dan terapeutik dari interferensi?
6.      Apa saja indikasi, kontraindikasi dari interferensi?
7.      Bagaimana metode dan teknik interferensi?
8.      Bagaimana cara mengaplikasikan interferensi?

C.      Tujuan Program
     Mampu menjelaskan dan menerapkanpenggunaan interferensi sebagai salah satu modalitas elektroterapi.







BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Interferensi
Arus interferensi adalah suatu gejala yang terjadi bila dua atau lebih osilasi diterapkan secara simultan pada tempat yang sama atau rentetan tempat dalam sebuah medium.

B.       Fisika Dasar Interferensi
1.      Modulasi Amplitudo
Dengan adanya interaksi amtara kedua arus interferensi dengan frekuensi yang berbeda, akan terbentuk amplitudo modulasi dengan arus frekuensi medium yang baru.
Arus frekuensi yang memiliki amplitudo berubah-ubah inilah dikenal dengan Amplitudo Modulation Frekuensi (AMF). AMF ini yang akan dijadikan sebagai pengobatan.
2.      Penetrasi Modulasi dan Intersitas Arus
Arus interferensi yang dijelaskan berupa AMF yang merupakan sendiri yang dinilai dari penetrasi modulasi (kedalamannya) yang disimbolkan (M), M ini mempunyai nilai presentase antara 0 – 100%. Untuk mengetahui nilai persentase M, dapat digunakan dua metode dalam arus interferensi.
a.       Metode Bipolar
Metode ini menggunakan dua elektroda dimana menghasilkan arus superposisi (saling interaksi) yang dihasilkan oleh mesin. Dengan metode ini nilai M selalu 100% delam jaringan.
b.      Metode Tetrapolar
Elektroda yang digunakan 4, yang diletakkan secara perpendicular superposisi (saling tegak lurus). Dalam hal ini M dapat bervariasi antara 0 – 100%. Arus yang berpotongan pada sudut 90º, M = 0%, sedangkan pada sudut 45º, M = 100%. Posisi garis dengan M 100% dan amplitudo terbesar tergantung lokasi 4 elektroda

3.      Pengaruh Kedalaman
Dengan menggunakan arus frekuensi medium AC, dalam hal ini arus interferensi, efek ke dalam arus yang diperoleh besar (dalam), tanpa adanya iritasi pada kulit.
Di samping itu, bila arus ini diaplikasikan melewati kulit maka tahanan jaringan yang dilewati menurun sesuai peningkatan frekuensi.

C.      Biofisika Interferensi
1.      Teori Gate Control dari Melzack danWall
Arus interferensi yang diberikan pada intensitas yang sesuai , akan lebih mengaktifkan serabut saraf afferen besar (A alfa dan A beta) karena serabut saraf besar memiliki ambang rangsang listrik yang rendah dan arus interferensi mempunyai sifat stimulasi dengan durasi yang rendah. Aktivasi serabut saraf besar akan merangsang sel interneuron kecil di substansia gelatinosa yang memblokir input rangsang serabut saraf afferen kecil (A delta dan C) ke sel transmisi (sel T) yang akan membawa impuls nyeri ke otak, dengan cara inhibisi presinaps (Paliyama, 2004).
Description: GAIT CONTROL.jpg
(source :Aras, 2017)
2.      Pemblokiran Langsung pada Aktivitas Nosiseptif
Mekanisme antidromik dari arus interferensi akan menghambat impuls nosiseptif sehingga tehambat proses transmisinya
3.      Peningkatan pengangkutan materi kimiawi simulator maupun mediator nyeri dari daerah jaringan yang mengalami kelainan atau kerusakan sehingga nyeri akan berkurang.
4.      Mengaktifkan sistem supresi nyeri desenden
5.      Placebo effect
Sedangkan ahli yang lain berpendapat bahwa pengurangan nyeri juga dapat melalui mekanisme normalis fungsi neurovegetatif yaitu dengan meningkatkan elastisitas jaringan kolagen akibat perbaikan sirkulasi darah pada jaringan yang bersangkutan sebagai hasil tertekannya saraf simpatis (Prajoto dalam Aras, 2017)

D.      Neurofisiologi Interferensi
1.      Pain Depressor
a.       Nyeri menurun
b.      Vasodilatasi primer
c.       Tonus menurun
2.      Homeostatic Vasomotion
a.       Tekanan hydrostatic pro intravasal 35 mmHg, distal 15 mmHg
b.      Tekanan hydrostatic pro extravasal 15 mmHg, distal 25 mmHg
3.      Gate Control
a.       Saraf tipis membuka pintu gerbang menyebabkan nyeri meningkat
b.      Saraf tebal mengunci pintu gerbang menyebabkan nyeri berkurang
4.      Tipe Saraf
Menurut Hunt, tipe saraf dibagi menjadi :
a.       Tipe saraf Ia      : Tonus
b.      Tipe saraf Ib      : Golgi tendon (protective overload)
c.       Tipe saraf II      : Bermyelin tebal, pain dumping raba, tekan sedang
d.      Tipe saraf IIIa   : Bermyelin sedang, pain dumping reaksi radang kronik
e.       Tipe saraf IIIb   : Bermyelin tipis, nosiseptor radang kronik
f.       Tipe saraf IV a, b, dan c : Bermyelin tipis, nosiseptor reaksi radang akut dan subakut
Menurut Erlanger dan Gusser, tipe serabut sarab sebar berikut :
Jenis Serabut
D`iameter
Cepat Hantar
Lama Defleksi Tajam (Mill.Oem)
Lama After Pot Negatif
Lama After Pot Positif
Fungsi
A ( α )
13 - 22
70 - 120
0,4 - 0,5
12 - 20
40 - 60
Motorik - Proprio ceptor otot
A ( β )
8 - 13
40 – 70
0,4 - 0,6
?
?
Raba tekan kinestesi
A ( γ )
4 - 8
15 - 40
0,5 - 0,7
?
?
Raba, motorik Muscles Spindle
A ( δ )
1 - 4
5 - 15
0,6 – 1
?
?
Nyeri, panas/ dingin, Tek
B
1 - 3
3 - 14
12,5
-
100 - 300
Otonom Pra Ganglion
C
0,2 - 0,1
0,2 - 2
2,00
50 - 40
3000- 1000
Nyeri,gatal, panas /dingin, tekanan, pasca ganglion

5.      Electrical Stimulant
Frekuensi kontaksi jaringan eksitabel kurang dari 4000 Hz

E.       Efek  Fisiologi dan Terapeutik Interferensi
1.      Efek fisiologi:
a.       Normalisasi ortosympatic : memfasilitasi serabut saraf bermyelin tebal (II, dan IIIa) untuk menginhibisi tipe saraf bermyelin tipis (IIIb, dan IV) dengan tujuan mengurangi nyeri
b.      Relaksasi otot
c.       Vasodilatasi
2.      Efek terapeutik:
a.       Mengurangi nyeri
b.      Mengurangi spasme otot
c.       Meningkatkan sirkulasi darah
Penggunaan Interferensi:
a.       Diagnostik     : Zona Allodinia, hyperaesthesia, dan hyperalgesia
b.      Terapi             : Sesuai efek terapi
c.       Untuk mencegah adaptasi saraf : variasi intensitas, AMF, dan spektrum

F.       Indikasi dan Kontra Indikasi Interferensi
1.      Indikasi Arus Interferensi
a.       Keluhan nyeri misalnya dalam otot, tendon, ligamen, kapsul, dan saraf
b.      Keadaan hipertonus atau spasme otot
c.       Muscle weakness (Kelemahan otot)
2.      Kontra Indikasi Arus Interferensi
a.       Demam
b.      Tumor
c.       Tuberculosis

G.      Metode dan Teknik Interferensi
1.      Lokasi Perangsangan
a.       Lokasi stimulasi dalam rangka reduksi nyeri
b.      Lokasi stimuasi untuk normalisasi saraf simpatis
2.      Bentuk Aplikasi (Point of application)
a.       Trigger points
b.      Applikasi saraf
c.       Aplikasi transregional
3.      Pemilihan Metode Bipolar dan Tetrapolar
Kedua metode ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk bipolar maka nilai M nya selalu 100%, sedangkan tetrapolar M nya hanya 100% pada sudut 45º diagonal. Dari segi praktisnya, lebih mudah mengatur ketepatan posisi elektroda pada bipolar dibanding tetrapolar. Namun demikian, untuk tetrapolar memberikan keuntungan lebih rendah menimbulkan strain pada kulit. Jadi keduanya sama pentingnya dalam pengaplikasiannya.


4.      Pemilihan Elektroda
a.       Pada elektroda dengan 4 kutub
Kebanyakan digunakan untuk stimulasi titik nyeri atau daerah nyeri yang cukup luas terutama untuk diskus elektroda.
b.      Pada elektroda pen dan diskus
Digunakan pada titik nyeri yang superfisial atau pengobatan di wajah.
5.      Pemilihan AMF dan Frekuensi Pengobatan
Frekuensi yang dipakai tinggi dirasakan nyaman dan halus sesuai dengan keadaan akut. Frekuensi rendah dirasakan lebih dalam dan kasar, baik dipakai untuk keadaan sub akut dan kronik.
6.      Pemilihan Spektrum
Untuk frekuensi spektrum dapat digunakan spektrum lebar dengan AMF rendah yang baik untuk keadaan sub akut atau kronik. Disamping itu, digunakan juga program spektrum dengan bentuk 1/1 s, 1/6 s, dan 6/6 s.
7.      Metode Pengobatan
a.       Masukkan steker ke dalam soket di dinding
b.      Hidupkan saklarnya
c.       Putar saklar untuk memilih metode yang akan digunakan
d.      Pilih frekuensi yang digunakan
e.       Pilih AMF, spektrum frekuensi dan program spektrum
f.       Hubungkan pasien dengan kabel elektroda
g.      Tetapkan waktu pengobatan : biasanya 15 menit
h.      Atur intensitas yang digunakan :
1)      Pada kasus akut relatif mitis – normal.
2)      Pada kasus sub akut dan konis relatif fortis.
i.        Jika pengobatan telah selesai, intensitas diturunkakn, elektroda dilepaskan lalu mesin dikembalikan seperti sedia kala
8.      Frekuensi Pengobatan
Tiap hari atau 3 kali seminggu

H. Pengaplikasian Interferensi
1.      Persiapan pasien
a.       Tes sensibilitas tajam tumpul / nyeri
b.      Posisi pasien aman dan nyaman
c.       Informasikan sensasi yang akan didapatkan
d.      Wajah pasien terlihat oleh fisioterapist
2.      Persiapan alat
a.       Sebelum memasang alat, lakukan tes alat terlebih dahulu
b.      Pad di tempatkan pada aspek yang berlawanan dari struktur yang akan diobati. Contohnya, ketika dilakukan penanganan pada sendi lutut pad biasanya ditempatkan pada area medial dan lateral.  Biasanya juga pad dipasang sesuai dengan metode yang dipilih.
3.      Dosis elektro terapi menggunakan interferensi
a.      Frequency
1)      Dosis tinggi, interval agak lama: 3-4 kali per minggu
2)      Dosis rendah, interval singkat : tiap  hari-beberapa kali perhari
b.      Intensity
1)      Berdasarkan stadium, jenis, dan sifat cidera
2)      Akut = 2 x / hari, Kronik = 1 x / hari.(2000-4000Hz)
c.       Technique
Coplanar, contraplanar, segmental animal, segmental sympatik.
d.      Time
Dilakukan selama 10-15 menit.









BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Arus interferensi adalah suatu gejala yang terjadi bila dua atau lebih osilasi diterapkan secara simultan pada tempat yang sama atau rentetan tempat dalam sebuah medium. Arus interferensi memiliki frekuensi dasar sebesar 4000 Hz yang dikenal dengan Ampliudo Modulation Frekuensi (AMF) yang dapat digunakan sebagai pengobatan. Adapun indikasi pemberian interferensi adalah sebagai berikut:
a.     Keluhan nyeri misalnya dalam otot, tendon, ligamen, kapsul, dan saraf
b.    Keadaan hipertonus atau spasme otot
c.     Muscle weakness (Kelemahan otot)

B.     Saran
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian arus inteferensi adalah jika terjadinya peradangan lokal, thrombosis, kehamilan, pacemaker, dan metal yang dipasang dalam tubuh.














DAFTAR PUSTAKA

Aras, D., &Ahsaniyah, B. 2017. Sumber Fisis. Physio Sakti: Makassar.
Paliyama, M. J. (2004). Perbandingan efek terapi arus interferensi dengan tens dalam pengurangan nyeri pada penderita nyeri punggung bawah musculoskeletal (Doktoral dissertation, Pascasarjana Universitas Diponegoro).

No comments:

Post a Comment