KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah tuhan semesta
alam yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikanprotap mengenai “Interferensi”ini. Dan tak lupa penulis kirimkan
salawat kepada Nabi kita Muhammad S.A.W. Yang telah menunjukkan kepada kita
semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna bagi alam
semesta.
Dengan
adanya penulisan protap
ini, penulis berharap dapat
membantu dalam pembelajaran, dan bisa menyelesaikan
masalah-masalah khususnya dalam ruang lingkup elektroterapi & sumber fisis mengenai interferensi. Disamping itu, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan protap ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
Latar
Belakang ................................................................................................ .... 1
Rumusan
Masalah ................................................................................................ 1
Tujuan
Program .................................................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................... 2
A. Definisi
Interferensi .................................................................................. .... 2
B. Fisika
Dasar Interferensi ............................................................................... 2
C. Biofisika
Interferensi ..................................................................................... 3
D. Neurofisiologi
Interferensi ............................................................................ 4
E. Efek
Fisiologi dan Terapeutik Interferensi .................................................... 5
F.
Indikasi dan
Kontraindikasi Interferensi ...................................................... 6
G. Metode
dan Teknik Interferensi .................................................................... 6
H. Pengaplikasian
Interferensi ........................................................................... 8
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................. 9
A. Kesimpulan
.................................................................................................... 9
B. Saran
............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Arus
Frekuensi Medium adalah arus AC yang mempunyai frekuensi antara 1000 Hz –
100.000 Hz (menurut Wyss). Arus interferensi sendiri memiliki frekuensi dasar
4000 Hz. Arus ini kemudian dibentuk menjadi Amplitudo Modulation Frekuensi
(AMF) yang digunakan sebagai frekuensi pengobatan.
Arus
yang dihasilkan akan membentuk amplitudo modulasi yakni arus yang selalu
berubah-ubah intensitasnya secara teratus dari tinggi ke rendah dan sebaliknya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan interferensi?
2. Apa
saja fisika dasar dari interferensi?
3. Apa
saja biofisika dari interferensi?
4. Bagaimanan neurofisiologi dari interferensi?
5. Apa saja efek fisiologis dan terapeutik dari interferensi?
6. Apa saja indikasi, kontraindikasi dari interferensi?
7. Bagaimana
metode dan teknik interferensi?
8. Bagaimana
cara mengaplikasikan interferensi?
C.
Tujuan
Program
Mampu menjelaskan
dan menerapkanpenggunaan interferensi sebagai salah satu modalitas elektroterapi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Interferensi
Arus
interferensi adalah suatu gejala yang terjadi bila dua atau lebih osilasi
diterapkan secara simultan pada tempat yang sama atau rentetan tempat dalam
sebuah medium.
B.
Fisika
Dasar Interferensi
1. Modulasi
Amplitudo
Dengan
adanya interaksi amtara kedua arus interferensi dengan frekuensi yang berbeda,
akan terbentuk amplitudo modulasi dengan arus frekuensi medium yang baru.
Arus
frekuensi yang memiliki amplitudo berubah-ubah inilah dikenal dengan Amplitudo
Modulation Frekuensi (AMF). AMF ini yang akan dijadikan sebagai pengobatan.
2. Penetrasi
Modulasi dan Intersitas Arus
Arus
interferensi yang dijelaskan berupa AMF yang merupakan sendiri yang dinilai dari
penetrasi modulasi (kedalamannya) yang disimbolkan (M), M ini mempunyai nilai
presentase antara 0 – 100%. Untuk mengetahui nilai persentase M, dapat
digunakan dua metode dalam arus interferensi.
a. Metode
Bipolar
Metode ini menggunakan
dua elektroda dimana menghasilkan arus superposisi (saling interaksi) yang
dihasilkan oleh mesin. Dengan metode ini nilai M selalu 100% delam jaringan.
b. Metode
Tetrapolar
Elektroda yang
digunakan 4, yang diletakkan secara perpendicular superposisi (saling tegak
lurus). Dalam hal ini M dapat bervariasi antara 0 – 100%. Arus yang berpotongan
pada sudut 90º, M = 0%, sedangkan pada sudut 45º, M = 100%. Posisi garis dengan
M 100% dan amplitudo terbesar tergantung lokasi 4 elektroda
3. Pengaruh
Kedalaman
Dengan
menggunakan arus frekuensi medium AC, dalam hal ini arus interferensi, efek ke
dalam arus yang diperoleh besar (dalam), tanpa adanya iritasi pada kulit.
Di
samping itu, bila arus ini diaplikasikan melewati kulit maka tahanan jaringan
yang dilewati menurun sesuai peningkatan frekuensi.
C.
Biofisika
Interferensi
1. Teori
Gate Control dari Melzack danWall
Arus
interferensi yang diberikan pada intensitas yang sesuai , akan lebih
mengaktifkan serabut saraf afferen besar (A alfa dan A beta) karena serabut
saraf besar memiliki ambang rangsang listrik yang rendah dan arus interferensi
mempunyai sifat stimulasi dengan durasi yang rendah. Aktivasi serabut saraf
besar akan merangsang sel interneuron kecil di substansia gelatinosa yang
memblokir input rangsang serabut saraf afferen kecil (A delta dan C) ke sel
transmisi (sel T) yang akan membawa impuls nyeri ke otak, dengan cara inhibisi
presinaps (Paliyama, 2004).

(source
:Aras, 2017)
2. Pemblokiran
Langsung pada Aktivitas Nosiseptif
Mekanisme
antidromik dari arus interferensi akan menghambat impuls nosiseptif sehingga
tehambat proses transmisinya
3. Peningkatan
pengangkutan materi kimiawi simulator maupun mediator nyeri dari daerah
jaringan yang mengalami kelainan atau kerusakan sehingga nyeri akan berkurang.
4. Mengaktifkan
sistem supresi nyeri desenden
5. Placebo effect
Sedangkan
ahli yang lain berpendapat bahwa pengurangan nyeri juga dapat melalui mekanisme
normalis fungsi neurovegetatif yaitu dengan meningkatkan elastisitas jaringan
kolagen akibat perbaikan sirkulasi darah pada jaringan yang bersangkutan
sebagai hasil tertekannya saraf simpatis (Prajoto dalam Aras, 2017)
D.
Neurofisiologi
Interferensi
1. Pain
Depressor
a. Nyeri
menurun
b. Vasodilatasi
primer
c. Tonus
menurun
2. Homeostatic
Vasomotion
a. Tekanan
hydrostatic pro intravasal 35 mmHg, distal 15 mmHg
b. Tekanan
hydrostatic pro extravasal 15 mmHg, distal 25 mmHg
3. Gate
Control
a. Saraf
tipis membuka pintu gerbang menyebabkan nyeri meningkat
b. Saraf
tebal mengunci pintu gerbang menyebabkan nyeri berkurang
4. Tipe
Saraf
Menurut Hunt, tipe
saraf dibagi menjadi :
a.
Tipe saraf Ia : Tonus
b.
Tipe saraf Ib : Golgi tendon (protective overload)
c.
Tipe saraf II : Bermyelin tebal, pain dumping raba, tekan
sedang
d.
Tipe saraf IIIa : Bermyelin sedang, pain dumping reaksi
radang kronik
e.
Tipe saraf IIIb : Bermyelin tipis, nosiseptor radang kronik
f.
Tipe saraf IV a, b, dan
c : Bermyelin tipis, nosiseptor reaksi radang akut dan subakut
Menurut Erlanger dan Gusser, tipe
serabut sarab sebar berikut :
Jenis Serabut
|
D`iameter
|
Cepat Hantar
|
Lama Defleksi Tajam (Mill.Oem)
|
Lama After Pot Negatif
|
Lama After Pot Positif
|
Fungsi
|
A ( α )
|
13 - 22
|
70 - 120
|
0,4 - 0,5
|
12 - 20
|
40 - 60
|
Motorik - Proprio
ceptor otot
|
A ( β )
|
8 - 13
|
40 – 70
|
0,4 - 0,6
|
?
|
?
|
Raba tekan
kinestesi
|
A ( γ )
|
4 - 8
|
15 - 40
|
0,5 - 0,7
|
?
|
?
|
Raba, motorik
Muscles Spindle
|
A ( δ )
|
1 - 4
|
5 - 15
|
0,6 – 1
|
?
|
?
|
Nyeri, panas/
dingin, Tek
|
B
|
1 - 3
|
3 - 14
|
12,5
|
-
|
100 - 300
|
Otonom Pra Ganglion
|
C
|
0,2 - 0,1
|
0,2 - 2
|
2,00
|
50 - 40
|
3000- 1000
|
Nyeri,gatal, panas
/dingin, tekanan, pasca ganglion
|
5. Electrical
Stimulant
Frekuensi kontaksi
jaringan eksitabel kurang dari 4000 Hz
E.
Efek Fisiologi dan Terapeutik Interferensi
1. Efek
fisiologi:
a. Normalisasi
ortosympatic : memfasilitasi serabut
saraf bermyelin tebal (II, dan IIIa) untuk menginhibisi tipe saraf bermyelin
tipis (IIIb, dan IV) dengan tujuan mengurangi nyeri
b. Relaksasi
otot
c. Vasodilatasi
2. Efek
terapeutik:
a. Mengurangi
nyeri
b. Mengurangi
spasme otot
c. Meningkatkan
sirkulasi darah
Penggunaan
Interferensi:
a.
Diagnostik : Zona Allodinia, hyperaesthesia, dan
hyperalgesia
b.
Terapi : Sesuai efek terapi
c.
Untuk mencegah adaptasi
saraf : variasi intensitas, AMF, dan spektrum
F.
Indikasi
dan Kontra Indikasi Interferensi
1. Indikasi
Arus Interferensi
a. Keluhan
nyeri misalnya dalam otot, tendon, ligamen, kapsul, dan saraf
b. Keadaan
hipertonus atau spasme otot
c. Muscle weakness
(Kelemahan otot)
2. Kontra
Indikasi Arus Interferensi
a. Demam
b. Tumor
c. Tuberculosis
G.
Metode
dan Teknik Interferensi
1. Lokasi
Perangsangan
a. Lokasi
stimulasi dalam rangka reduksi nyeri
b. Lokasi
stimuasi untuk normalisasi saraf simpatis
2. Bentuk
Aplikasi (Point of application)
a. Trigger points
b. Applikasi
saraf
c. Aplikasi
transregional
3. Pemilihan
Metode Bipolar dan Tetrapolar
Kedua metode ini
memiliki kelebihan masing-masing. Untuk bipolar maka nilai M nya selalu 100%,
sedangkan tetrapolar M nya hanya 100% pada sudut 45º diagonal. Dari segi
praktisnya, lebih mudah mengatur ketepatan posisi elektroda pada bipolar
dibanding tetrapolar. Namun demikian, untuk tetrapolar memberikan keuntungan
lebih rendah menimbulkan strain pada
kulit. Jadi keduanya sama pentingnya dalam pengaplikasiannya.
4. Pemilihan
Elektroda
a. Pada
elektroda dengan 4 kutub
Kebanyakan digunakan
untuk stimulasi titik nyeri atau daerah nyeri yang cukup luas terutama untuk
diskus elektroda.
b. Pada
elektroda pen dan diskus
Digunakan pada titik
nyeri yang superfisial atau pengobatan di wajah.
5. Pemilihan
AMF dan Frekuensi Pengobatan
Frekuensi yang dipakai
tinggi dirasakan nyaman dan halus sesuai dengan keadaan akut. Frekuensi rendah
dirasakan lebih dalam dan kasar, baik dipakai untuk keadaan sub akut dan
kronik.
6. Pemilihan
Spektrum
Untuk frekuensi
spektrum dapat digunakan spektrum lebar dengan AMF rendah yang baik untuk
keadaan sub akut atau kronik. Disamping itu, digunakan juga program spektrum
dengan bentuk 1/1 s, 1/6 s, dan 6/6 s.
7. Metode
Pengobatan
a. Masukkan
steker ke dalam soket di dinding
b. Hidupkan
saklarnya
c. Putar
saklar untuk memilih metode yang akan digunakan
d. Pilih
frekuensi yang digunakan
e. Pilih
AMF, spektrum frekuensi dan program spektrum
f. Hubungkan
pasien dengan kabel elektroda
g. Tetapkan
waktu pengobatan : biasanya 15 menit
h. Atur
intensitas yang digunakan :
1) Pada
kasus akut relatif mitis – normal.
2) Pada
kasus sub akut dan konis relatif fortis.
i.
Jika pengobatan telah
selesai, intensitas diturunkakn, elektroda dilepaskan lalu mesin dikembalikan
seperti sedia kala
8. Frekuensi
Pengobatan
Tiap hari atau 3 kali
seminggu
H. Pengaplikasian
Interferensi
1.
Persiapan pasien
a.
Tes sensibilitas
tajam tumpul / nyeri
b.
Posisi pasien aman
dan nyaman
c.
Informasikan sensasi
yang akan didapatkan
d.
Wajah pasien terlihat
oleh fisioterapist
2.
Persiapan alat
a.
Sebelum memasang alat, lakukan tes alat terlebih dahulu
b.
Pad di tempatkan pada aspek yang berlawanan dari struktur yang akan
diobati. Contohnya, ketika dilakukan penanganan pada sendi lutut pad biasanya ditempatkan pada area medial
dan lateral. Biasanya juga pad dipasang
sesuai dengan metode yang dipilih.
3.
Dosis elektro
terapi menggunakan interferensi
a. Frequency
1)
Dosis tinggi, interval
agak lama: 3-4 kali per minggu
2)
Dosis rendah, interval
singkat : tiap hari-beberapa kali
perhari
b. Intensity
1)
Berdasarkan stadium,
jenis, dan sifat cidera
2)
Akut = 2 x /
hari, Kronik = 1 x / hari.(2000-4000Hz)
c. Technique
Coplanar, contraplanar, segmental animal, segmental
sympatik.
d. Time
Dilakukan
selama 10-15 menit.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Arus
interferensi adalah suatu gejala yang terjadi bila dua atau lebih osilasi
diterapkan secara simultan pada tempat yang sama atau rentetan tempat dalam
sebuah medium. Arus interferensi memiliki frekuensi dasar sebesar 4000 Hz yang
dikenal dengan Ampliudo Modulation Frekuensi (AMF) yang dapat digunakan sebagai
pengobatan. Adapun indikasi pemberian interferensi adalah sebagai berikut:
a. Keluhan
nyeri misalnya dalam otot, tendon, ligamen, kapsul, dan saraf
b. Keadaan
hipertonus atau spasme otot
c. Muscle weakness
(Kelemahan otot)
B.
Saran
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemberian arus inteferensi adalah jika terjadinya peradangan lokal, thrombosis,
kehamilan, pacemaker, dan metal yang dipasang dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Aras, D., &Ahsaniyah, B. 2017. Sumber Fisis. Physio Sakti: Makassar.
Paliyama, M. J. (2004).
Perbandingan efek terapi arus interferensi dengan tens dalam pengurangan nyeri
pada penderita nyeri punggung bawah musculoskeletal
(Doktoral dissertation, Pascasarjana Universitas Diponegoro).
No comments:
Post a Comment