KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat
menyelesaikan protap tentang “Pemeriksaan
Spesifik Fisioterapi Regio Knee, Ankle, and Foot” ini dalam waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang
telah menunjukan jalan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Adapun maksud dari pembuatan protap
ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian praktik proses dan pengukuran
fisioterapi di Universitas Hasanuddin Makassar.
Disamping itu, penulis banyak
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu penulis
selama pembuatan protap ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan protap
ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga protap
ini dapat bermanfaat dan dapat membantu dalam proses pembelajaran. khususnya
dalam ruang lingkup proses dan pengukuran fisioterapi. Penulis berharap adanya
kritik dan saran terhadap protap ini agar kedepannya dapat diperbaiki.
Karena penulis menyadari bahwa protap yang dibuat ini terdapat banyak kesalahan baik penulisan
maupun dalam penyusunannya.
Makassar,
01 Oktober 2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muskuloskeletal disorders merupakan penyebab paling
umum dari physical disability. Pemeriksaan
tes spesifik adalah kunci untuk membuat
diagnosis yang akurat dari keluhan muskuloskeletal pasien.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan
spesifik?
2. Jenis
pemeriksaan spesifik apa saja yang ada pada regio knee,ankle and foot?
3. Apa
tujuan dari masing-masing jenis pemeriksaan
spesifik pada regio knee,ankle and foot?
4. Bagaimana
positif test dari masing-masing jenis pemeriksaan
spesifik pada regio knee, ankle and foot?
5. Bagaimana
inerpretasi yang di dapat dari masing-masing pemeriksaan spesifik pada region
knee, ankle and foot?
6. Bagaimana
prosedur dari masing-masing jenis pemeriksaan spesifik pada regio knee, ankle and foot?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui definisi pemeriksaan spesifik
2.
Mengetahui jenis- jenis pemeriksaan spesifik regio knee, ankle and
foot.
3.
Mengetahui tujuan dari masing-masing
model pemeriksaan spesifik regio knee, ankle and foot.
4.
Mengetahui positif test dari masing-masing jenis
pemeriksaan spesifik pada regio
knee, ankle and foot
5.
Mengetahui interpretasi yang di dapat
dari masing-masing pemeriksaan spesifik pada region knee, ankle and foot
6. Mengetahui
prosedur dari masing-masing model pemeriksaan spesifik regio knee, ankle and
foot.
PEMERIKSAAN
SPESIFIK FISIOTERAPI
REGIO
KNEE, ANKLE AND FOOT
A. Pengertian
Pemeriksaan
spesifik adalah pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk mengungkap dan
memperjelas makna dari jaringan yang terganggu, jenis gangguannya, dan faktor
penyebab gangguannya, yang berhubungan dengan gerak tubuh dan fungsi gerak
akibat dari perubahan patofisiologi tertentu.
B. Anatomi knee, ankle and foot
Gambar
anatomi tungkai bawah
C. Pemeriksaan Spesifik regio Knee,
ankle and foot
1. Knee Anterior Drawer
Test
a. Tujuan
:
untuk menilai integritas ligamen
cruciatum anterior
b. Positif test :
ekskursi anterior tibia bertambah
disertai hilangnya resistensi normal ligamen cruciatum anterior
c. Interpretasi
:
positif tes mengindikasikan tear ligamen
cruciatum anterior
d. Prosedur
test :
1) Pasien
tidur terlentang dalam posisi compertable.
2) Terapis
memfiksasi daerah tibia plateu dengan kedua ibu jari, kemudian memfleksikan
knee pasien secara pasif 900 dan
kaki pasien diduduki untuk menstabilisasi, setelah itu terapis menariknya
kearah anterior.
Gambar
anterior drawer test
2. Knee Posterior Drawer Test
a.
Tujuan :
untuk
menilai integritas ligamen cruciatum posterior
b.
Positif tes :
Ekskursi posterior tibia bertambah
disertai hilangnya end-feel normal sendi
c.
Interpretasi :
positif
tes mengindikasikan tear ligamen cruciatum posterior
d.
prosedur tes :
1) pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2) terapis
memfiksasi tibia plateu, kemudian di fleksikan pasif 900, kaki
terapis di duduki untuk menstabilisasi, kemudian terapis mendorong tibia kea
rah posterior.
Gambar
posterior drawer test
3. Varus Test
a.
Tujuan :
untuk
menilai integritas ligamen collateral lateral (LCL) knee
b.
positif tes :
nyeri
pada bagian lateral knee dan atau terjadi peningkatan varus pada moment
dibanding knee yang satunya
c.
Interpretasi :
positif
tes mengindikasikan laktisi atau tear pada ligamen collateral lateral (LCL)
knee
d.
prosedur tes :
1) pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)
terapis
meletakan satu tangan di sisi medial knee untuk stabilisasi dan satu tanngannya
lagi di sisi lateral ankle untuk mobilisasi, kemudian secara pasif fleksi knee
50 dari posisi ektensi. Setelah itu terapis melakukan varus force
kearah medial knee pasien.
Gambar
knee varus test
4. Knee Valgus Test
a.
Tujuan :
Untuk menilai integritas ligamen collateral
medial (LCM) knee
b.
Positif tes :
Nyeri
pada bagian knee dan atau terjadi peningkatan valgus moment dibanding knee yang
satunya
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikanlaksiti atau tear pada ligamen collateral medial (LCM) knee
d.
prosedur tes :
1) pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2) terapis
meletakan satu tangan di sisi lateral knee untuk stabilisasi dan satu
tanngannya lagi di sisi medial ankle untuk mobilisasi, kemudian secara pasif
fleksi knee 50 dari posisi ektensi. Setelah itu terapis melakukan
varus force kearah medial knee pasien.
Gambar
knee valgus test
5. Lachman’s Test
a.
Tujuan :
untuk
menilai integritas ligamen cruciatum anterior
b.
positif tes :
Displacemen
abnormal anterior tibia terhadap femur dengan membandingkan tungai yang satunya
c.
Interpretasi :
positif
tes mengindikasikan tear ligamen cruciatum anterior
d.
prosedur tes :
1) pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)
terapis meletakan satu tangan pada sisi lateral proksimal tungkai bawah untuk
mobilisasi dan satu tangan menstabilisasi tungkai atas. Selanjutnya fleksikan
pasif knee 300 tarik tibia pasien kearah anterior.
Gambar
Lachman’s Test
6. Pivot Shift Test
a.
Tujuan :
untuk
menilai adanya instabiliti rotasi anterolateral (IRAL) dan laksiti pada ligamen
cruciatum anterior (LCA)
b.
Positif tes :
subluksasi
condylus lateral tibia kedepan terhadap tibial plateau melalui pendekatan
ekstensi knee yang terkadang disertai bunyi cliking
c.
Interpretasi :
positif
tes mengindikasikan instabiliti rotasi anterolateral (IRAL) dan laksiti pada
ligamen cruciatum anterior (LCA)
d.
prosedur tes :
1) pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2) terapis
meletakan satu tangan pada tumit pasien untuk menyiapkan gerakan, selanjutnya
secara pasif menggerakan tungkai pasien kearah fleksi hip 450 dan
abduksi 300 disertai knee fleksi 500( posisi reduksi)
kemudian mengendorotasikan tibia pasien melalui kaki sebagai lever. Dengan
tetap mempertahankan endorotasi, aplikasi valgus stress dengan menggunakan
tangan yang di tempatkan di bawah knee pasien ke arah ekstensi.
Gambar
Pivot Shift Test
7. Reverse Pivot Shift Test
a.
Tujuan :
untuk
menilai adanya instabiliti rotasi posterolateral (IRPL)
b.
Positif tes :
condylus
lateral tibia pasien ke belalakang ke dalam posisi netral
c.
Interpretasi :
positif
tes mengindikasikan instabiliti rotasi posterolateral (IRPL) knee
d.
prosedur tes :
1) pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)
terapis
meletakan satu tangan dengan ibu jari dibagian anterior medial knee pasien dan
yang lainnya pada posisi lateroposterior untuk mentabilisasi knee pasien.
Tangan satunya pada tumit pasien untuk mempertahankan
eksorotasi tibia selama tes. Kemudian secara pasif terapis menggerakkan tungkai
pasien kearah fleksi hip450 dan knee fleksi sekitar 800. Kemudian aplikasikan
valgus stress terhadap knee pasien.
Gambar
Reverse Pivot Shift Test
8. Apley’s test 1
a.
Tujuan :
Untuk memprovokasi nyeri akibat tear
meniskus
b.
Positif tes :
Nyeri dengan atau tanpa apprehension ketika rotasi diaplikasikan dibawah kompressi
c.
Interpretasi :
positif tes mengindikasikan tear
meniskus
d.
Prosedur tes :
1) Pasien
tidur tengkurap dengan posisi knee fleksi 900
2) Terapis
meletakan satu tangan di derah calcaneus, dan satu tangan di derah plantaris
kaki untuk menyiapkan kompresi. Selanjutnya terapis menekan secara kuat
sepanjang aksis longitudinal pasien, desertai dengan gerakan endorotasi dan
eksoorotasi tibia.
Gambar
Apley’s test 1
9. Apley’s Test 2
a.
Tujuan :
Untuk memprovokasi nyeri akibat tear
meniscus
b.
Positif tes :
Nyeri berkurang ketika tes
distraksi dilakukan
c.
Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan tear
meniscus
d.
Prosedur tes :
1) Pasien
tidur tengkurap dengan posisi knee fleksi 900
2) Terapis
meletakan satu tangan pada ankle pasien dan satu tangan pada dorsum pada kaki
pasien untuk menyiapkan distraksi, sementara satulutut pasien diletakan disisi
posterior distal bawah untuk menstabilisasi.
Gambar
Apley’s Test 2
10. Meniscal Quadrant Test
a.
Tujuan :
Untuk
mengidentifikasi lokasi lesi pada meniscus
b.
Positif tes :
Nyeri
disertai bunyi clicking / popping selama pergerakan
c.
Interpretasi :
Quadrant
yang menimbulkan nyeri atau suara popping mengindikasikan lokasi lesi meniscus
pada area tersebut.
d.
Prosedur tes :
untuk mengetes anteromedial
quadrant, gerakan knee pasien kea rah atas dan full fleksi hip dan knee,
eksorotasi tibia, lalu bawa tungkai kearah bawah full ekstensi knee.
Untuk
mengetes antero lateral quadrant, gerakan knee pasien kearah atas full fleksi
hip dan knee, endorotasi tibia, lalu bawa tungkai kearah bawah full ekstensi knee.
Untuk
mengetes postero medial quadrant, gerakan knee pasien kearah atas full ekstensi
endorotasi tibia, lalu bawa tungkai
kearah atas full fleksi hip dan knee.
Untuk
mengetes postero lateral quadrant, gerakan knee pasien kearah atas full
ekstensi eksorotasi tibia, lalu bawa tungkai
kearah atas full fleksi hip dan
knee.
Gambar
Meniscal Quadrant Test
11. McMurray’s Test
a.
Tujuan :
Untuk
menilai integritas meniscus dan menentukan lesi pada meniscus
b.
Positif tes :
Nyeri
disertai dengan bunyi clicking / popping selama pergerakan
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan tear meniskus.
d.
Prosedur tes :
1) Pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2) Terapis
meletakn satu tangan pada sisi anterior knee pasien dengan ibu jari mempalpasi joint line knee,
dan satunya pada tumit pasien untuk menyiapkan gerakan. Selanjutnya secara
pasif menggerakan tungkai pasien kea rah fleksi hip dan knee 900.
Lalu aplikasikan gerakan swing pada tungkai pasien seperti menggambar huruf U
dengan cara endorotasi dan eksorotasi tibia pasien, sambil membawa tungkai kea
rah fleksi dan ekstensi.
Gambar
McMurray’s Test
12. Patellar Apprehension Test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi nyeri / instabiliti yang bersumber dari patello femoral articulation
b. Positif tes :
Nyeri
disertai rasa cemas / berusaha mengontrol quadriceps selama untuk mencegah
patella glide ke lateral dan merasa cemas ketika patella glide ke medial
c.
Interpretasi :
positif tes mengindikasikan patologi patello
femoral articulation
d.
prosedur tes :.
1) Pasien
tidur terlentang dengan posisi knee ekstensi.
2) Terapis
meletakan kedua thumb pada sisi medial patella. Selanjutnya secara pasif
menggeser dan menekan patella pasien kea rah lateral secara perlahan dan
terkontrol.
Gambar
Patellar Apprehension Test
13. Patello Femoral Grind Test
a.
Tujuan :
Untuk
memprovokasi nyeri dan atau apprehensiion yang berasal dari patello femoral
joint
b.
Positif tes :
Nyeri
pada bagian anterior knee
c.
Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan
patologi patello femoral joint
d.
Prosedur tes :.
1) Pasien
tidur terlentang dengan posisi knee ekstensi.
2)
Terapis
meletakan satu tangan di superior pole patella dan satunya di letakkan di
inferior pole patella menggunakan pinch grip dengan ibu jari dan jari telunjuk
kedua tangan, untuk memfiksasi apex dan basis patella pasien. Selanjutnya
secara pasif menggeser dan menekan patella pasien melawan femur ke
arahproksimal dan distal, dimana permukaan posterior patella slide melawan condylus
fermoral.
Gambar
Patello Femoral Grind Test
14. Clarke Sign
a.
Tujuan :
Untuk mengidentifikasi adanya chondromalacia
patellae
b.
Positif tes :
Maneuver
menyebabkan nyeri retropatellar dan pasien tidak dapat menahan kontraksi
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan adanya chondromalacia patellae
d.
prosedur tes :
1) Pasien
tidur terlentang dengan posisi comfortable.
2) Terapis
meletakan satu tangan di pole posterior patella, dan satu tangannya lagi di
bagian fossa poplitea pasien. Selanjutnya menekan patella pasien kea rah
caudal, yang mengulur tendon serta otot quadriceps. Lalu meminta pasien untuk
mengkontraksikan otot quadriceps secara pelahan dan berhati-hati, sementara
terapis menahan gerakan yang terjadi pada patella.( catatan : knee sebaiknya
dites dalam posisi yang berbeda, dalam posisi 30, 60 dan 900 fleksi
knee)
Gambar
Clarke Sign
15. Godfrey (gravity) Test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi instabiliti ligamen cruciatum posterior tibia
b.Ppositif tes :
Jika
posterior sag tibia terlihat, dan jika diaplikasikan tekanan pada tibia secara
manual ke posterior, maka posterior displacement mungkin bertambah
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan instibiliti ligamen cruciatum posterior tibia
d.
Prosedur tes :
1) Pasien
tidur terlentang dalam posisi comfortable
2) Terapis
meletakan satu tangan pada dorsal kaki kanan pasien dan satu tangan pada dorsal
kaki kiri pasien, kemudian terapis mengangkat dan menahan tungakai pasien
secara pasif dengan posisi hip 900dan
knee 900 selanjutnya terapis mengamati dan membandingkan
perbandingan kedua tibia line pasien.
Gambar
Godfrey (gravity) Test
16. Claudication Test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi peripheral vascular disease akibat cronik arterial occlusion.
b.
Positif tes :
Terjadi
kram dan disertai perubahan warna (kepucatan) pada jaringan yang diidentifikasi
pada level lesi.
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan adanya peripheral
vascular disease dari cronik arterial
occlusion.
d.
Prosedur tes :
Pasien
diminta untuk berjalan sekitar 120
langkah per menit untuk 60 detik. Atau
dapat dilakukan di atas treadmill saat di hentikan terjadi kram pada tungkai
adalah waktu claudication.
Gambar
Claudication Test
17. Homan’s Sign
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi adanya implikasi Deep Vein Trombophlebitis (DVT)
b.
Positif tes :
Nyeri
pada deep calf atau tungkai selama maneuver.
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan adanya implikasi deep vein trombophlebitis
d.
Prosedur tes :
1) Pasien
tidur terlentang dengan posisi knee ekstensi
2) Terapis
meletakkan satu tangan di tumit pasien dan selanjutnya secara pasif
menggerakkan kaki kearah dorso fleksi ankle dan elevasi tungkai 450
, sementara knee pasien di pertahankan tetap ekstensi. Kemudian terapis
mempalpasi calf muscle pada gastrocnimius.
Gambar
Homan’s Sign
18. Thompson’s Test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi ruptur komplit tendon achilles
b.
Positif tes :
Ketiadaan
plantar fleksi ankle ketika calf muscle ditekan / diremas
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan adanya implikasi ruptur komplit tendon achilles
d. Prosedur tes :
1) Posisi
pasien tidur tengkurap dengan kaki berada di luar tepi bed.
2) Terapis
memfleksikan knee pasien 90 0 . lalu
menekan muscle belly dari calf muscle pasien dengan kedua tangannya. normalnya maneuver ini menyebabkan gerakan reflek
plantar fleksi dari kaki.
Gambar
Thompson’s Test
19. Morton test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi adanya metatarsalgia atau neuroma.
b.
Positif tes :
Timbul
nyeri pada kaki yang di tekan.
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan terjadinya metatarsalgia atau kemungkinan neuroma .
d.
prosedur tes :.
1) Pasien
tidur terlentang.
2) Terapis
mencengkram forefoot pasien dengan satu tangan disertai dengan mengaplikasikan
tekanan secara transversal pada metatarsal head.
Gambar
Morton test
20. Moschowitz Test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi adanya pembentukan arteriovenous fistula pada tungkai bawah.
b.
Positif tes :
Tes
positif jika area tungkai sebelumnya di balut tidak menampakkan hyperemic
kemerahan.
c.
Interpretasi :
Ketiadaan
hyperemic kemerahan mengindikasikan terjadinya pembentukan arteriovenous
fistula.
d.
prosedur tes :.
1) Pasien
tidur terlentang dengan knee ekstensi.
2) Terapis
mengelevasikan tungkai pasien yang akan di tes,selanjutnya terapis membalut
tungkai bawah secara kuat sekitar 6 inci menggunakan elastic bandage dan
mempertahankan elevasi tungkai selama 5 menit, setelah itu turunkan tungkai dan
lepaskan elastic bandage.
Gambar
Moschowitz Test
21. Moses test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi adanya arteriosclerosis pada
tungkai bawah.
b.
Positif tes :
tes
positif jika nyeri terprovokasi.
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan terjadinya kemungkinan phlebitis arterosclerosis
obliterans.
d.
prosedur tes :.
1) Pasien
tidur tengkurap
2) Terapis
memfleksikan knee pasien 900lalu mencengkram dan menjepit calf
muscle pasien pada tungkai yang di tes.
Gambar
Moses test
22. Strunsky Sign
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi adanya kemungkinan metatarsalgia.
b.
Positif tes :
Jika
maneuver menyebabkan nyeri.
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasikan adanya inflamasi pada anterior arch pada kaki
(metatarsalgia)
d.
prosedur tes :.
1) Pasien
tidur terlentang dan tungkai yang akan di tes di ekstensikan
2) Terapis
menggenggam jemari kaki pasien yang di tes, lalu secara pasif dan mendadak
memfleksikan jemari kai pasien.
Gambar
Strunsky Sign
23. Tinel’s Foot Test
a.
Tujuan :
Untuk
mendeteksi adanya implikasi tarsal tunnel syndrome
b.
Positif tes :
Timbul
radicular pain, tingling atau paresthesia pada kaki dan jari kaki
c.
Interpretasi :
Positif
tes mengindikasi adanya implikasi tarsal tunnel syndrome
d.
prosedur tes :.
1) Pasien
tidur tengkurap denngan posisi knee ekstensi atau fleksi
2) Terapis
selanjutnya melakukan tapping di atas area nervus posterior tibial ( nervus
medial plantaris) dengan sebuah palu reflek.
Gambar
Tinel’s Foot Test
DAFTAR
PUSTAKA
Aras, Djohan,Hasnia Ahmad serta
Andy Ahmad,.2018. Tes Pemeriksaan
Spesifik Muskuloskeletal Disorders ( Edisi Revisi). Makassar: Physiocare
Publishing
Aras, Djohan. 2017. Proses dan
Pengukuran Fisioterapi. Makassar : CV. Physo Sakti
Musfiroh. 2016. Tulang ekstrimitas
Bawah. Diambil dari :
http://musfiroh26.blogspot.com/2016/12/tulang-ekstremitas-bawah.html ( 01 Oktober
2018)
Published on. 2015. Anatomi dan
Fisiologi Tendon achiles. Diambil dari:
No comments:
Post a Comment