Sunday, December 23, 2018

PEMERIKSAAN SPESIFIK REGIO KNEE, ANKLE, AND FOOT


KATA PENGANTAR
           
            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas  rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan  protap tentang “Pemeriksaan Spesifik Fisioterapi Regio Knee, Ankle, and Foot” ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang telah menunjukan jalan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
            Adapun maksud dari pembuatan protap ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti  ujian praktik proses dan pengukuran fisioterapi di Universitas Hasanuddin Makassar.
            Disamping itu, penulis banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu penulis selama pembuatan protap ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan protap ini.
            Demikian  yang dapat penulis sampaikan, semoga protap ini dapat bermanfaat dan dapat membantu dalam proses pembelajaran. khususnya dalam ruang lingkup proses dan pengukuran fisioterapi. Penulis berharap adanya kritik dan saran terhadap protap ini agar kedepannya dapat diperbaiki. Karena  penulis  menyadari bahwa protap yang dibuat ini  terdapat banyak kesalahan baik penulisan maupun dalam penyusunannya.

                                                                                                Makassar, 01 Oktober  2018

                                                                                          




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Muskuloskeletal disorders merupakan penyebab paling umum dari physical disability. Pemeriksaan tes spesifik adalah  kunci untuk membuat diagnosis yang akurat dari keluhan muskuloskeletal pasien.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan spesifik?
2.      Jenis pemeriksaan spesifik apa saja yang ada pada regio knee,ankle and foot?
3.      Apa tujuan dari masing-masing  jenis pemeriksaan spesifik pada regio knee,ankle and foot?
4.      Bagaimana positif  test dari masing-masing  jenis  pemeriksaan spesifik  pada regio knee, ankle and foot?
5.      Bagaimana inerpretasi yang di dapat dari masing-masing pemeriksaan spesifik pada region knee, ankle and foot?
6.      Bagaimana prosedur dari masing-masing jenis  pemeriksaan spesifik  pada regio knee, ankle and foot?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui definisi pemeriksaan spesifik
2.      Mengetahui jenis- jenis  pemeriksaan spesifik regio knee, ankle and foot.
3.      Mengetahui tujuan dari masing-masing model pemeriksaan spesifik regio knee, ankle and foot.
4.      Mengetahui positif  test dari masing-masing  jenis  pemeriksaan spesifik  pada regio knee, ankle and foot
5.      Mengetahui interpretasi yang di dapat dari masing-masing pemeriksaan spesifik pada region knee, ankle and foot
6.      Mengetahui prosedur dari masing-masing model pemeriksaan spesifik regio knee, ankle and foot.
PEMERIKSAAN SPESIFIK FISIOTERAPI
REGIO KNEE, ANKLE AND FOOT

A.    Pengertian
Pemeriksaan spesifik adalah pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk mengungkap dan memperjelas makna dari jaringan yang terganggu, jenis gangguannya, dan faktor penyebab gangguannya, yang berhubungan dengan gerak tubuh dan fungsi gerak akibat dari perubahan patofisiologi tertentu.


B.     Anatomi knee, ankle and foot

Gambar  anatomi tungkai bawah



C.    Pemeriksaan Spesifik regio Knee, ankle and foot
1. Knee Anterior Drawer Test
a.       Tujuan :
untuk menilai integritas ligamen cruciatum anterior
b.      Positif  test :
ekskursi anterior tibia bertambah disertai hilangnya resistensi normal ligamen cruciatum anterior
c.       Interpretasi :
positif tes mengindikasikan tear ligamen cruciatum anterior

d.      Prosedur test :
1)      Pasien tidur terlentang dalam posisi compertable.
2)      Terapis memfiksasi daerah tibia plateu dengan kedua ibu jari, kemudian memfleksikan knee pasien secara pasif  900 dan kaki pasien diduduki untuk menstabilisasi, setelah itu terapis menariknya kearah anterior.
 








Gambar anterior drawer test
2. Knee Posterior Drawer Test
a. Tujuan :
untuk menilai integritas ligamen cruciatum posterior
b. Positif tes :
              Ekskursi posterior tibia bertambah disertai hilangnya end-feel normal sendi
c. Interpretasi :
positif tes mengindikasikan tear ligamen cruciatum posterior
d. prosedur tes :
1)      pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      terapis memfiksasi tibia plateu, kemudian di fleksikan pasif 900, kaki terapis di duduki untuk menstabilisasi, kemudian terapis mendorong tibia kea rah posterior.
 









Gambar posterior drawer test
3. Varus Test
a. Tujuan :
untuk menilai integritas ligamen collateral lateral (LCL) knee
b. positif  tes :
nyeri pada bagian lateral knee dan atau terjadi peningkatan varus pada moment dibanding knee yang satunya
c. Interpretasi :
positif tes mengindikasikan laktisi atau tear pada ligamen collateral lateral (LCL) knee
d. prosedur tes :
1)      pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      terapis meletakan satu tangan di sisi medial knee untuk stabilisasi dan satu tanngannya lagi di sisi lateral ankle untuk mobilisasi, kemudian secara pasif fleksi knee 50 dari posisi ektensi. Setelah itu terapis melakukan varus force kearah medial knee pasien.






Gambar knee varus test
4. Knee Valgus Test
a. Tujuan :                                                                                                                                                                                                                                          
 Untuk menilai integritas ligamen collateral medial (LCM) knee
b. Positif tes :
Nyeri pada bagian knee dan atau terjadi peningkatan valgus moment dibanding knee yang satunya
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikanlaksiti atau tear pada ligamen collateral medial (LCM) knee
d. prosedur tes :
1)      pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      terapis meletakan satu tangan di sisi lateral knee untuk stabilisasi dan satu tanngannya lagi di sisi medial ankle untuk mobilisasi, kemudian secara pasif fleksi knee 50 dari posisi ektensi. Setelah itu terapis melakukan varus force kearah medial knee pasien.


 




Gambar knee valgus test

5. Lachman’s Test
a. Tujuan :
untuk menilai integritas ligamen cruciatum anterior
b. positif tes :
Displacemen abnormal anterior tibia terhadap femur dengan membandingkan tungai yang satunya
c. Interpretasi :
positif tes mengindikasikan tear ligamen cruciatum anterior
d. prosedur tes :
1)      pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2) terapis meletakan satu tangan pada sisi lateral proksimal tungkai bawah untuk mobilisasi dan satu tangan menstabilisasi tungkai atas. Selanjutnya fleksikan pasif knee 300 tarik tibia pasien kearah anterior.






Gambar Lachman’s Test
6. Pivot Shift Test
a. Tujuan :
untuk menilai adanya instabiliti rotasi anterolateral (IRAL) dan laksiti pada ligamen cruciatum anterior (LCA)
b. Positif tes :
subluksasi condylus lateral tibia kedepan terhadap tibial plateau melalui pendekatan ekstensi knee yang terkadang disertai bunyi cliking
c. Interpretasi :
positif tes mengindikasikan instabiliti rotasi anterolateral (IRAL) dan laksiti pada ligamen cruciatum anterior (LCA)
d. prosedur tes :
1)      pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      terapis meletakan satu tangan pada tumit pasien untuk menyiapkan gerakan, selanjutnya secara pasif menggerakan tungkai pasien kearah fleksi hip 450 dan abduksi 300 disertai knee fleksi 500( posisi reduksi) kemudian mengendorotasikan tibia pasien melalui kaki sebagai lever. Dengan tetap mempertahankan endorotasi, aplikasi valgus stress dengan menggunakan tangan yang di tempatkan di bawah knee pasien ke arah ekstensi.
 






Gambar Pivot Shift Test
7. Reverse Pivot Shift Test
a. Tujuan :
untuk menilai adanya instabiliti rotasi posterolateral (IRPL)
b. Positif tes :
condylus lateral tibia pasien ke belalakang ke dalam posisi netral
c. Interpretasi :
positif tes mengindikasikan instabiliti rotasi posterolateral (IRPL) knee
d. prosedur tes :
1)      pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      terapis meletakan satu tangan dengan ibu jari dibagian anterior medial knee pasien dan yang lainnya pada posisi lateroposterior untuk mentabilisasi knee pasien. Tangan  satunya pada tumit pasien untuk mempertahankan eksorotasi tibia selama tes. Kemudian secara pasif terapis menggerakkan tungkai pasien kearah fleksi hip450 dan knee fleksi  sekitar 800. Kemudian aplikasikan valgus stress terhadap knee pasien.






Gambar Reverse Pivot Shift Test
8. Apley’s test 1
a. Tujuan :
            Untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniskus
b. Positif tes :
Nyeri dengan atau  tanpa apprehension  ketika rotasi diaplikasikan dibawah kompressi
c. Interpretasi :
positif tes mengindikasikan tear meniskus
d. Prosedur tes :
1)      Pasien tidur tengkurap dengan posisi knee fleksi 900
2)      Terapis meletakan satu tangan di derah calcaneus, dan satu tangan di derah plantaris kaki untuk menyiapkan kompresi. Selanjutnya terapis menekan secara kuat sepanjang aksis longitudinal pasien, desertai dengan gerakan endorotasi dan eksoorotasi tibia.
 







Gambar Apley’s test 1
9. Apley’s Test 2
a. Tujuan :
            Untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniscus
b. Positif tes :
Nyeri berkurang ketika tes distraksi dilakukan
c. Interpretasi :
            Positif tes mengindikasikan tear meniscus
d. Prosedur tes :
1)      Pasien tidur tengkurap dengan posisi knee fleksi 900
2)      Terapis meletakan satu tangan pada ankle pasien dan satu tangan pada dorsum pada kaki pasien untuk menyiapkan distraksi, sementara satulutut pasien diletakan disisi posterior distal bawah untuk menstabilisasi.



 




Gambar Apley’s Test 2
10. Meniscal Quadrant Test
a. Tujuan :
Untuk mengidentifikasi lokasi lesi pada meniscus
b. Positif tes :
Nyeri disertai bunyi clicking / popping selama pergerakan
c. Interpretasi :
Quadrant yang menimbulkan nyeri atau suara popping mengindikasikan lokasi lesi meniscus pada area tersebut.
d. Prosedur tes :
                  untuk mengetes anteromedial quadrant, gerakan knee pasien kea rah atas dan full fleksi hip dan knee, eksorotasi tibia, lalu bawa tungkai kearah bawah full ekstensi knee.
Untuk mengetes antero lateral quadrant, gerakan knee pasien kearah atas full fleksi hip dan knee, endorotasi tibia, lalu bawa tungkai  kearah bawah full ekstensi knee.
Untuk mengetes postero medial quadrant, gerakan knee pasien kearah atas full ekstensi endorotasi tibia, lalu bawa tungkai  kearah atas full fleksi hip dan knee.
Untuk mengetes postero lateral quadrant, gerakan knee pasien kearah atas full ekstensi eksorotasi tibia, lalu bawa tungkai  kearah  atas full fleksi hip dan knee.




 




Gambar Meniscal Quadrant Test
11. McMurray’s Test
a. Tujuan :
Untuk menilai integritas meniscus dan menentukan lesi pada meniscus
b. Positif tes :
Nyeri disertai dengan bunyi clicking / popping selama pergerakan
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan tear meniskus.
d. Prosedur tes :
1)      Pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      Terapis meletakn satu tangan pada sisi anterior knee pasien  dengan ibu jari mempalpasi joint line knee, dan satunya pada tumit pasien untuk menyiapkan gerakan. Selanjutnya secara pasif menggerakan tungkai pasien kea rah fleksi hip dan knee 900. Lalu aplikasikan gerakan swing pada tungkai pasien seperti menggambar huruf U dengan cara endorotasi dan eksorotasi tibia pasien, sambil membawa tungkai kea rah fleksi dan ekstensi.
 







Gambar McMurray’s Test
12. Patellar Apprehension Test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi nyeri / instabiliti yang bersumber dari patello femoral articulation
b.  Positif tes :
Nyeri disertai rasa cemas / berusaha mengontrol quadriceps selama untuk mencegah patella glide ke lateral dan merasa cemas ketika patella glide ke medial
c. Interpretasi :
 positif tes mengindikasikan patologi patello femoral articulation
d. prosedur tes :.
1)      Pasien tidur terlentang dengan posisi knee ekstensi.
2)      Terapis meletakan kedua thumb pada sisi medial patella. Selanjutnya secara pasif menggeser dan menekan patella pasien kea rah lateral secara perlahan dan terkontrol.






Gambar Patellar Apprehension Test
13. Patello Femoral Grind Test
a. Tujuan :
Untuk memprovokasi nyeri dan atau apprehensiion yang berasal dari patello femoral joint
b. Positif  tes :
Nyeri pada bagian anterior knee
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan patologi patello femoral joint
d. Prosedur tes :.
1)      Pasien tidur terlentang dengan posisi knee ekstensi.
2)      Terapis meletakan satu tangan di superior pole patella dan satunya di letakkan di inferior pole patella menggunakan pinch grip dengan ibu jari dan jari telunjuk kedua tangan, untuk memfiksasi apex dan basis patella pasien. Selanjutnya secara pasif menggeser dan menekan patella pasien melawan femur ke arahproksimal dan distal, dimana permukaan posterior patella slide melawan condylus fermoral.






Gambar Patello Femoral Grind Test
14. Clarke Sign
a. Tujuan :
 Untuk mengidentifikasi adanya chondromalacia patellae
b. Positif tes :
Maneuver menyebabkan nyeri retropatellar dan pasien tidak dapat menahan kontraksi
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan adanya chondromalacia patellae
d. prosedur tes :
1)      Pasien tidur terlentang dengan posisi comfortable.
2)      Terapis meletakan satu tangan di pole posterior patella, dan satu tangannya lagi di bagian fossa poplitea pasien. Selanjutnya menekan patella pasien kea rah caudal, yang mengulur tendon serta otot quadriceps. Lalu meminta pasien untuk mengkontraksikan otot quadriceps secara pelahan dan berhati-hati, sementara terapis menahan gerakan yang terjadi pada patella.( catatan : knee sebaiknya dites dalam posisi yang berbeda, dalam posisi 30, 60 dan 900 fleksi knee)
 








Gambar Clarke Sign
15. Godfrey (gravity) Test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi instabiliti ligamen cruciatum posterior tibia
b.Ppositif  tes :
Jika posterior sag tibia terlihat, dan jika diaplikasikan tekanan pada tibia secara manual ke posterior, maka posterior displacement mungkin bertambah
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan instibiliti ligamen cruciatum posterior tibia
d. Prosedur tes :
1)      Pasien tidur terlentang dalam posisi comfortable
2)      Terapis meletakan satu tangan pada dorsal kaki kanan pasien dan satu tangan pada dorsal kaki kiri pasien, kemudian terapis mengangkat dan menahan tungakai pasien secara pasif  dengan posisi hip 900dan knee 900 selanjutnya terapis mengamati dan membandingkan perbandingan kedua tibia line pasien.


 





Gambar Godfrey (gravity) Test
16. Claudication Test
a. Tujuan :           
Untuk mendeteksi peripheral vascular disease akibat cronik arterial occlusion.
b. Positif tes :
Terjadi kram dan disertai perubahan warna (kepucatan) pada jaringan yang diidentifikasi pada level lesi.
c. Interpretasi :
Positif  tes mengindikasikan adanya peripheral vascular disease dari  cronik arterial occlusion.
d. Prosedur tes :
Pasien  diminta untuk berjalan sekitar 120 langkah per menit untuk 60  detik. Atau dapat dilakukan di atas treadmill saat di hentikan terjadi kram pada tungkai adalah waktu claudication.






Gambar Claudication Test
17. Homan’s Sign
a. Tujuan :
                  Untuk mendeteksi adanya implikasi Deep Vein Trombophlebitis (DVT)
b. Positif tes :
Nyeri pada deep calf atau tungkai selama maneuver.  
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan adanya implikasi deep vein trombophlebitis
d. Prosedur tes :
1)      Pasien tidur terlentang dengan posisi knee ekstensi
2)      Terapis meletakkan satu tangan di tumit pasien dan selanjutnya secara pasif menggerakkan kaki kearah dorso fleksi ankle dan elevasi tungkai 450 , sementara knee pasien di pertahankan tetap ekstensi. Kemudian terapis mempalpasi calf muscle pada gastrocnimius.
 







Gambar Homan’s Sign
18. Thompson’s Test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi ruptur komplit tendon achilles
b. Positif tes :
Ketiadaan plantar fleksi ankle ketika calf muscle ditekan / diremas
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan adanya implikasi ruptur komplit tendon achilles
 d. Prosedur tes :
1)      Posisi pasien tidur tengkurap dengan kaki berada di luar tepi bed.
2)      Terapis  memfleksikan knee pasien 90 0 . lalu menekan muscle belly dari calf muscle  pasien dengan kedua tangannya. normalnya  maneuver ini menyebabkan gerakan reflek plantar fleksi dari kaki.
 







Gambar Thompson’s Test
19. Morton  test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi adanya metatarsalgia atau neuroma.
b. Positif  tes :
Timbul nyeri pada kaki  yang di tekan.
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan terjadinya metatarsalgia atau kemungkinan neuroma .
d. prosedur tes :.
1)      Pasien tidur terlentang.
2)      Terapis mencengkram forefoot pasien dengan satu tangan disertai dengan mengaplikasikan tekanan secara transversal pada metatarsal head.

 





Gambar Morton  test
20. Moschowitz  Test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi adanya pembentukan arteriovenous fistula pada tungkai bawah.
b. Positif  tes :
Tes positif jika area tungkai sebelumnya di balut tidak menampakkan hyperemic kemerahan.
c. Interpretasi :
Ketiadaan hyperemic kemerahan mengindikasikan terjadinya pembentukan arteriovenous fistula.
d. prosedur tes :.
1)      Pasien tidur terlentang dengan knee ekstensi.
2)      Terapis mengelevasikan tungkai pasien yang akan di tes,selanjutnya terapis membalut tungkai bawah secara kuat sekitar 6 inci menggunakan elastic bandage dan mempertahankan elevasi tungkai selama 5 menit, setelah itu turunkan tungkai dan lepaskan elastic bandage.





 





Gambar Moschowitz  Test
21. Moses  test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi adanya arteriosclerosis  pada tungkai bawah.
b. Positif  tes :
tes positif jika nyeri terprovokasi.
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan terjadinya kemungkinan phlebitis arterosclerosis obliterans.
d. prosedur tes :.
1)      Pasien tidur tengkurap
2)      Terapis memfleksikan knee pasien 900lalu mencengkram dan menjepit calf muscle pasien pada tungkai yang di tes.
 








Gambar Moses  test
22. Strunsky  Sign
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi adanya kemungkinan metatarsalgia.
b. Positif  tes :
Jika maneuver menyebabkan nyeri.
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasikan adanya inflamasi pada anterior arch pada kaki (metatarsalgia)
d. prosedur tes :.
1)      Pasien tidur terlentang dan tungkai yang akan di tes di ekstensikan
2)      Terapis menggenggam jemari kaki pasien yang di tes, lalu secara pasif dan mendadak memfleksikan jemari kai pasien.
 








Gambar Strunsky  Sign

23. Tinel’s Foot Test
a. Tujuan :
Untuk mendeteksi adanya implikasi tarsal tunnel syndrome
b. Positif  tes :
Timbul radicular pain, tingling atau paresthesia pada kaki dan jari kaki
c. Interpretasi :
Positif tes mengindikasi adanya implikasi tarsal tunnel syndrome
d. prosedur tes :.
1)      Pasien tidur tengkurap denngan posisi knee ekstensi atau fleksi
2)      Terapis selanjutnya melakukan tapping di atas area nervus posterior tibial ( nervus medial plantaris) dengan sebuah palu reflek.
 








Gambar Tinel’s Foot Test











DAFTAR PUSTAKA

 

Aras, Djohan,Hasnia Ahmad serta Andy Ahmad,.2018.  Tes Pemeriksaan Spesifik Muskuloskeletal Disorders ( Edisi Revisi). Makassar: Physiocare Publishing

Aras, Djohan. 2017. Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar : CV. Physo Sakti

Musfiroh. 2016. Tulang ekstrimitas Bawah. Diambil dari :

Published on. 2015. Anatomi dan Fisiologi Tendon achiles. Diambil dari:


No comments:

Post a Comment