Sunday, December 23, 2018

MODEL PEMERIKSAAN FISIOTERAPI CHARTS


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan “protap tentang model pemeriksaan fisioterapi charts” ini dalam waktu yang telah ditentukan.
            Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang telah mengubah zaman sehingga kita dapat menentukan yang haq dan yang bathil.
            Dengan adanya penulisan laporan ini sehingga dapat membantu dalam pembelajaran, dan bisa menyelasaikan masalah-masalah khususnya dalam ruang lingkup proses dan pengukuran fisioterapi. Disamping itu, saya menyadari bahwa mungkin terdapat banyak kesalahan baik penulisan maupun dalam penyusunannya yang tidak saya ketahui.
                                                                                                Makassar, 06 Oktober 2018























BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
CHARTS adalah suatu model pemeriksaan fisioterapi yang antara lain dikembangkan oleh Howard W. Makofsky dalam buku Spinal Manual Therapy tahun 2002. Model pemeriksaan CHARTS dapat mewakili dari seluruh ciri pemeriksaan fisioterapi yang sedemikian banyak dan dalam pemeriksaannya efisien dan efektif serta akurat dalam mengungkap masalah fisioterapi sehingga tampak sebuah model yang relatif membentuk suatu teknologi fisioterapi yang cermat dan dapat dimengerti oleh seluruh fisioterapis ketika mendalami hakekat dari sistem CHARTS tersebut.

Gambar : fisioterapi dan pasien
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja makna-makna yang terkandung dalam akronim CHARTS?
2.      Bagaimana cara melakukan komponen C dan H?
3.      Bagaimana cara melakukan komponen A?
4.      Bagaimana cara melakukan komponen R?
5.      Bagaimana cara menyusun komponen T?
6.      Bagaimana cara melakukan komponen S?
C.    Tujuan
1.      Memahami hakekat model pemeriksaan fisioterapi. CHARTS serta makna-makna dan aplikasi CHARTS dalam proses fisioterapi
2.      Menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam akronim CHARTS
3.      Terampil melakukan komponen C dan H
4.      Terampil melakukan komponen A
5.      Terampil melakukan komponen R
6.      Terampil menyusun komponen T
7.      Terampil melakukan komponen S





























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
CHARTS merupakan akronim singkatan dari tindakan fisioterapi yang mengusung makna yang akan diungkap dari sebuah kondisi patofisiologi terapan fisioterapi.

B.     Makna akronim CHARTS
Adapun makna dari akronim CHARTS adalah sebagai berikut :
1.      C, chief of complaint.
Merujuk tentang keluhan utama yang pertama kali diucapkan oleh seorang penderita ketika fisioterapis melakukan awal anamnesis.
            Contohnya :
a)      Apa keluhan utama yang Bapak/ibu rasakan?
b)      Ada yang bisa saya bantu Bapak/ibu?
2.      H, history taking.
Uraian secara singkat dari seluruh masalah yang dirasakan dan atau didalami oleh penderita yang akan dijawab oleh penderita berkaitan dengan wawancara berupa sejumlah pertanyaan sistematis yang dikemukakan oleh fisioterapis. Pertanyaan wawancara dibedakan menjadi pertanyaan wawancara umum dan wawancara khusus.
a. Anamnesa umum
Contoh :
1) Nama                      :
2) Umur                       :
3) Jenis kelamin           :
4) Status                      :
4) Agama                    :
5) Pekerjaan                :
6) Hobi                        :
7) Alamat                    :
b. Anamnesa Khusus
                                   contoh :
1)      Sejak kapan terjadi keluhan ?
2)      Mengapa bisa terjadi ?
3)      Bagaimana proses terjadinya?
4)      Gerakan apa saja yang dapat meringankan dan atau meningkatkan keluhan?
5)      Bagaimana keadaan tidur, makan, BAB, BAK anda?
6)      Sudahkah anda berobat ke dokter dengan kondisi atau masalah yang sekarang dialami ?
7)      Bagaimana perasaan anda setelah minum obat ?
8)      Apakah sudah di foto rontgen, bagaimana hasilnya menurut dokter ?
9)      Apakah sudah periksa lab, bagaimana hasilnya menurut dokter ?
10)  Apa pendapat anda setelah mengalami sakit ini ?
11)  Bagaimana perhatian keluarga dan teman-teman anda setelah anda mengalami sakit ini ?
12)  Apa masih ada keluhan lain yang anda rasakan ?
Komponen  C dan H merupakan suatu teknik assesment berupa anamnesis yang sistematis dan jika dilakukan dengan akurat disertai dengan keterampilan wawancara yang terencana dan terukur maka dapat mengungkap 80 % masalah fisioterapi.
3.      A, assymetric
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami bentuk model dari bangunan fisik/jaringan yang letak dan topiknya tidak simetris berkaitan dengan adanya perubahan patofiologi fisik karena gangguan gerak dan fungsi gerak tertentu. Teknik pelaksanaan assymetric untuk mengungkap makna perubahan pada patofisiologi tertentu sebagai berikut :
a.       Observasi/Inspeksi
Dilihat adanya bentuk proteksi tubuh atau malposisi akibat suatu gangguan fisik baik dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak.
1). Statis
Dilihat dari kondisi fisik pasien dalam keadaan diam. Contohnya : Posisi berdiri
2). Dinamis
Dilihat dari kondisi fisik pasien dalam keadaan bergerak. Contohnya : Pasien.berjalan ditempat
                                    3). Tes Orientasi
Dilihat dari kondisi fisik pasien dalam melakukan aktivitas. Contohnya : Pasien mengambil dompet, menyisir rambut, dan gerakan fungsional lainnya.
b.      Palpasi
Dilakukan dengan cara meraba pada suatu bentuk, dan posisi serta keadaan yang terkait dengan perubahan patofisiologi tertentu. Contohnya: Oedem, suhu,dan  kontur kulit serta titik-tik nyeri.
c.       Melakukan pemeriksaan fungsi gerak dasar
1). Pemeriksaan aktif
Untuk mengetahui kualitas tulang atau sendi, otot dan saraf. Contoh: Apakah ada keterbatasan lingkup gerak sendi (ROM), nyeri gerak.
Gambar : Pemeriksaan aktif
2). Pemeriksaan pasif
Untuk mengungkap kualitas tulang dan sendi serta kualitas otot dan tendon dalam posisi memanjang. Contoh: Untuk mengetahui andfeel dari gerakan tersebut, apakah soft andfeel, hard andfeel atau elastic.
Gambar : Pemeriksaan Pasif
3). Pemeriksaan resissted
Untuk mengungkap kualitas muskulotedinogen yang biasa dikenal dengan tes provokasi. Contoh untuk mengetahui apakah ada kelainan pada otot, tendon dan tulang.
Gambar : Pemeriksaan resissted
4.      R, restriktif
Mengungkap makna tentang berbagai jenis limitasi yang dialami oleh penderita berkaitan dengan patofisiologi tertentu. Meliputi:
a.       Limitasi ROM
Berdasarkan pemeriksaan gerak fungsi dasar, setelah itu ditelusuri tentang regio, arah limitasi gerakan yang dimaksud.
Gambar : Pasien yang mengalami limitasi ROM
b.      Limitasi ADL
Mengungkap makna gerakan ADL apa yang mengalami gangguan limitasi berdasarkan dengan perubahan patofisiologi tertentu. Contoh limitasi ADL makan, minum, aktivitas kamar mandi, memelihara diri, berpakaian, dan aktivitas seks dan aktivitas lainnya.
Gambar : Pasien yang mengalami limitasi ADL (eating)
c.       Limitasi Rekreasi
Mengungkap makna hobi apa atau rekreasi apa yang membuat penderita mengalami keterbatasan karena perubahan patofisiologi tersebut.
Gambar : Pasien yang mengalami limitasi rekreasi
d.      Limitasi Pekerjaan
Mengungkap makna pekerjaan yang ditekuni penderita saat ini mengalami gangguan akibat perubahan patofiologi tertentu.
Gambar : pekerjaan pasien yang terganggu akibat patologi
5.      T, tissue impairment and pysichogenic prediction
Memprediksi jaringan apa yang mengalami gangguan, jenis gangguan, aktualitas gangguan, serta faktor penyebab yang juga berhubungan dengan gangguan psikosomatis yang berkaitan atau tidak dengan diagnostik klinik dari dokter pada penderita yang mengalami patofisiologi tertentu.
Komponen jaringan yang mengalami gangguan/kelemahan :
a. Muskulotendinogen
Yaitu berhubungan dengan gangguan otot  dan tendon ( muscle weakness, atropi, kontraktur dan lain-lain).
b. Osteoarthrogen
Yaitu berhubungan dengan gangguan tulang dan sendi ( intraarticular join t stiffness, degenerative)
c. Neurogen
Yaitu berhubungan dengan gangguan saraf ( LBP)
d. Physicogen
Yaitu berhubungan dengan gangguan psikis atau mental penderita.
6.      S, spesific test
Pemeriksaan terminal dari berbagai pemeriksaan-pemeriksaan fisioterapi yang bersifat spesifik atau khusus yang membutuhkan pengetahuan, skill, dan pemahaman.
Dilakukan tes spesifik seperti berikut:
a.       Test Tonus Otot dengan Skala Asworth

Gambar : Parameter skala asworth
b.      Test ADL-Koordinasi dengan Indeks Barthel
Gambar : parameter indeks barthel
c.       Test Keseimbangan dengan Test Romberg
Pasien  harus mempertahankan keseimbangannya dalam waktu 30 detik tanpa adanya gerakan saat menutup mata.
Gambar : Tes Romberg
d.      Test ROM aktif/pasif dengan goniometer
Gambar : Pemeriksaan ROM dengan goniometer
e.       Skala Borg untuk mengukur tingkat intensitas aktivitas fisik terkait sesak nafas
f.       Test Hamilton untuk kondisi psikis
Kriteria penilaian  (AM-D Scoring Instruction) :
                                                0-7       : Normal
                                                8-13     : depresi ringan
                                                14-18   : depresi sedang
19-22: depresi berat
>23      : depresi sangat berat
Gambar : Pemeriksaan kondisi psikis pasien dengan test hamilton
g.      Vital sign
1). Tekanan Darah
            Normal  =  <120
                                >80
                                                Pre hypertensi  =  120 – 139
                                                                                80 – 89
                                                Hypertensi stage 1 = 140 – 159
90    – 99
                                                Hypertensi stage 2 = > 160
                                                                                   >100
                                    2). Denyut Nadi
                                                Normal = 60 – 100 kali/menit
                                                Bradhikardi = < 60 kali/menit
                                                Takhikardi = > 100 kali/menit
                                    3) Suhu
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Secara normal suhu tubuh manusia adalah 36.5 derajat C - 37.2 derajat celcius. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
a). Melalui oral/mulut, yaitu dengan menggunakann termometer/klasik atau termometer modern. Suhu oral 36.8 + 0,35 derajat celcius.
b). Melalui rektal/anus, menggunakan thermometer air raksa digital. Pengukuran suhu normal anus adalah 37.2 +0.3 derajat celcius.
c). Melalui aksial/ketiak, suhu normalnya adalah 0.6 derajat celcius di bawah suhu tubuh melalui mulut.
d). Melalui telinga, menggunakan termometer khusus yang bisa mencatat suhu tubuh dengan cepat melui silinder telinga dengan dengan cara ini dapat menunjukkan temperatur inti tubuh.
                                    4). Pernafasan
                                                Takhipnea        = 24 kali/menit
                                                Bradhipnea  = - 10 kali/menit
                                                Abde = Tidak bernafas
Gambar : pengukuran tekanan darah pada vital sign
h.      Hasil radiologi (MRI) dan lab
Gambar : pemeriksaan MRI
i.        MMT( Manual Muscle Testing), digunakan untuk menilai kekuatan otot
Nilai
Definesi
0
Tidak ada kontraksi dan tidak ada gerakan
1
Ada sedikit kontraksi dan ada sedikit gerakan
2
Kontraksi otot mulai nyata, ada gerakan, full ROM, tetapi tidak bias melawan gravitasi bumi.
3
Ada gerakan, full ROM, mampu melawan gravitasi bumi, tetapi tidak bisa melawan tahanan.
4
Ada gerakan, full ROM, mampu melawan gravitasi bumi, dan mampu melawan tahanan secara minimal. 
5
Ada gerakan, full ROM, mampu melawan gravitasi bumi, dan mampu melawan tahanan secara maksimal ( normal ).





















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Model pemeriksaan CHARTS secara signifikan digunakan untuk mewakili seluruh ciri dari pemeriksaan fisioterapi yang sedemikian banyak dan dalam pelaksanaannya secara efisien dan efektif serta akurat dalam mengungkap masalah fisioterapi, sehingga dengan mudah dimengerti oleh seluruh fisioterapis ketika mendalami hakekat sistem CHARTS yang setiap katanya mempunyai makna tersendiri yang akan diungkap dari sebuah kondisi patofisiologi terapan fisioterapi.
B.     Saran
Untuk dapat memahami model-model pemeriksaan CHARTS atau model pemeriksaan lainnya dibutuhkan skill membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada seperti buku, internet dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA

 

Aras, D. (2017). Proses dan pengukuran fisioterapi. Makassar: CV.Physio Sakti.


No comments:

Post a Comment