Sunday, December 23, 2018

PENGUKURAN KUANTITAS NYERI


KATA PENGANTAR
           
            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas  rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan  protap tentang “Pengukuran Kuantitas Nyeri” ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang telah menunjukan jalan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
            Adapun maksud dari pembuatan protap ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti  ujian praktik proses dan pengukuran fisioterapi di Universitas Hasanuddin Makassar.
            Disamping itu, penulis banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu penulis selama pembuatan protap ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan protap ini.
            Demikian  yang dapat penulis sampaikan, semoga protap ini dapat bermanfaat dan dapat membantu dalam proses pembelajaran. khususnya dalam ruang lingkup proses dan pengukuran fisioterapi. Penulis berharap adanya kritik dan saran terhadap protap ini agar kedepannya dapat diperbaiki. Karena  penulis  menyadari bahwa protap yang dibuat ini  terdapat banyak kesalahan baik penulisan maupun dalam penyusunannya.

                                                                                                Makassar, 02 Oktober  2018






PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Nyeri merupakan  pengalaman sensorik dan emosional  yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.   Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran (superficial atau  dalam, terlokalisir  atau  difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk  penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom (Meliala,2004).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan definisi nyeri?
2.      Bagaimana proses terjadinya patofiologi nyeri?
3.      Bagaimana cara mengklasifikasikan nyeri?
4.      Apakah tujuan dari  pengukuran nyeri bagi fisioterapi?
5.      Apa saja persyaratan melakukan pengukuran nyeri menggunakan Skala VAS?
6.      Bagaimana cara melakukan proses pengukuran nyeri menggunakan  Skala VAS?

C.    Tujuan
1.      Memahami apa yang dimaksud dengan definisi nyeri.
2.      Menjelaskan proses terjadinya patofisiologi nyeri.
3.      Menjelaskan cara mengklasifikasikan nyeri.
4.      Menjelaskan tujuan dari pengukuran nyeri bagi fisioterapi.
5.      Menjelaskan peryaratan melakukan pengukuran nyeri menggunakan Skala VAS.
6.      Menjelaskan cara proses pengukuran nyeri menggunakan VAS.


PENGUKURAN KUANTITAS NYERI


A.    Pengertian Nyeri

The International Association for the Study of Pain memberikan defenisi nyeri, yaitu: suatu perasaan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan suatu jaringan yang nyata atau yang berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Dari definisi ini dapat ditarik tiga kesimpulan, yakni: nyeri merupakan suatu pengalaman emosional berupa sensasi yang tidak menyenangkan. Nyeri terjadi karena adanya suatu kerusakan jaringan yang nyata seperti luka pasca bedah atau trauma akut, dan nyeri terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata seperti nyeri kronik atau proses penyembuhan trauma lama, nyeri post herpetic, phantom atau trigeminal. Dengan demikian pada prinsipnya nyeri terjadi karena ketidakseimbangan antara aktivitas supressor dibandingkan dengan depressor pada fase tertentu akibat gangguan suatu jaringan tertentu. Ujung dari permasalahan muskuloskeletal yang sangat mengganggu seorang individu adalah timbulnya nyeri dengan segala deviasinya. Umumnya penderita baru akan merasa dirinya sakit dan tidak nyaman dalam hidupnya, kemudian mencari pertolongan bila rasa nyeri sudah terasa mengganggu.

B.     PATOFISIOLOGI NYERI

Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri  tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

1.      Transduksi
adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C.  berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.

2.      Transmisi
adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medulla spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.

3.      Modulasi
adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif  juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.

4.      Persepsi nyeri
adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis,  reseptor nyeri  ( nociseptor ) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf  aferen. (Anas Tamsuri, 2006)
Gambar patofisiologi nyeri

C. Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan durasi terjadinya, nyeri dibagi menjadi:
a. Nyeri akut
adalah nyeri yang terjadi karena adanya inflamasi atau peradangan.
b. Nyeri kronik
adalah nyeri yang terjadi karena adanya proses degeneratif.
c. Referred pain
                 adalah nyeri yang terjadi karena adanya perubahan patologogi pada akar syaraf.

2. Berdasarkan sifatnya, nyeri dibagi menjadi:
a.       Nyeri fisiologis
     adalah sensor normal yang berfungsi sebagai alat proteksi tubuh
b.      Nyeri patologis
     adalah sensor abnormal yang menderitakan seseorang.

3. Berdasarkan sumbernya, nyeri dibagi menjadi:
a.       Nyeri Kutan (Cutaneus Pain).
Nyeri berasal dari kulit dan jaringan subkutan. Lokasi sumber nyeri biasanya diketahui dengan pasti dan nyeri biasanya tajam serta rasa terbakar.
b.      Nyeri Somatis Dalam (Deep Somatic Pain).
Nyeri berasal dari otot, tendon, sendi,pembuluh darah atau tulang. Sifat nyeri biasanya menyebar.
c.       Nyeri Visera (Visceral Pain).
Nyeri berasal dari organ internal, misalnya: Ulser pada lambung, appendicitis atau batu ginjal. Sensasi nyeri disalurkan dari organ melalui saraf simpatis atau parasimpatis ke susunan saraf pusat. 
d.      Psychogenic Pain
Adalah nyeri yang dipengaruhi oleh pengalaman fisik dan mental seseorang.

4. Berdasarkan penyebabnya, nyeri dibagi menjadi:
a.       Neuropatik,
Berkaitan dengan adanya gangguan/masalah pada sistem saraf baik pusat maupun perifer, contohnya post-stroke pain.
b.      Nosciceptive,
Berkaitan dengan adanya gangguan/masalah pada jaringan tubuh (musculoskeletal, kutaneus, atau visceral), contohnya nyeri inflamasi
c.       Campuran,
Berkaitan dengan komponen neuropati dan nosciceptive, contohnya LBP disertai radiculopathy.

D. Tujuan Pengukuran Nyeri
a. Mengetahui kuantitas nyeri
b. Menuntun menyusun pemilihan modalitas dan metode fisioterapi nyeri
c. Alat evaluasi
d. Membantu menegakkan diganosa fisioterapi

Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan numerical rating scale (NRS), verbal rating scale (VRS), visual analog scale (VAS) dan faces rating scale. VAS (Visual Analogue Scale) telah digunakan sangat luas dalam beberapa dasawarsa belakangan ini dalam penelitian terkait dengan nyeri dengan hasil yang handal, valid dan konsisten.VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0 –100 mm dengan rentangan makna: Skala VAS Interpretasi 0 – 29  mm(  Tidak Nyeri), 30 – 49 mm (Sedikit nyeri), 50 – 69mm ( Nyeri), 70 – 89mm (Nyeri Berat), dan 99 – 100mm ( Nyeri Sangat berat). Cara penilaiannya adalah penderita menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala yang sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan pasien. 

Gambar  Skala VAS untuk Pasien dan untuk Fisioterapis

Gambar  Skala VAS untuk Fisioterapis      

E. Persyaratan melakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala VAS
1. Penderita sadar atau tidak mengalami gangguan mental/kognitif sehingga dapat berkomunikasi dengan fisioterapis
2.   Penderita dapat melihat dengan jelas, sehingga penderita dapat menunjuk titik pada skala VAS berkaitan dengan kualitas nyeri yang dirasakannya.
3.  Penderita kooperatif, sehingga pengukuran nyeri dapat terlaksana. Catatan: anak kecil, meskipun sadar, namun tidak kooperatif untuk berkomunikasi.

F.  Prosedur pengukuran kualitas nyeri menggunakan VAS
1.      Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan pengukuran dilakukan
2.      Menjelaskan kepada penderita bahwa sudut kanan berarti tidak nyeri, tengah berarti nyeri sedang dan sudut kiri berarti sangat nyeri (VAS bagian depan)
3.      Menyuruh pasien memilih atau menggerakkan arah panah VAS pada skala nyeri sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan saat diam/tidak bergerak (nyeri diam)
4.  Menekan area tubuh pasien yang dikeluhkan atau area tubuh lain yang terkait lalu menyuruh pasien memilih/ menggerakkan arah panah VAS pada skala nyeri sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan saat area tersebut ditekan (nyeri tekan)
5.  Menggerakkan area tubuh pasien yang dikeluhkan atau area tubuh lain yang terkait lalu menyuruh pasien memilih atau menggerakkan arah panah VAS pada skala nyeri sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan saat digerakkan oleh pemeriksa (nyeri gerak)
6.  Mencatat lalu menginterpretasikan makna nyeri yang dinyatakan oleh penderita dengan membandingkan alat ukur nyeri yang tersedia di bagian belakang VAS.             

DAFTAR PUSTAKA


Aras, Djohan. 2017. Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar : CV. Physo Sakti

Fisionesia. 2015. Patofisiologi Nyeri. Di ambil dari:
https://fisionesia.wordpress.com/2015/02/26/patofisiologi-nyeri( 02 Oktober 2018)

Bahrudin , Mochamad. 2018. Patofisiologi Nyeri. Di ambil dari:

No comments:

Post a Comment