KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat
menyelesaikan protap tentang “Pengukuran
Kuantitas Nyeri” ini dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang telah menunjukan jalan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta.
Adapun maksud dari pembuatan protap
ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian praktik proses dan pengukuran
fisioterapi di Universitas Hasanuddin Makassar.
Disamping itu, penulis banyak
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu penulis
selama pembuatan protap ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan protap
ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga protap
ini dapat bermanfaat dan dapat membantu dalam proses pembelajaran. khususnya
dalam ruang lingkup proses dan pengukuran fisioterapi. Penulis berharap adanya
kritik dan saran terhadap protap ini agar kedepannya dapat diperbaiki.
Karena penulis menyadari bahwa protap yang dibuat ini terdapat banyak kesalahan baik penulisan
maupun dalam penyusunannya.
Makassar,
02 Oktober 2018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena
ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul,
seperti terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan
penyebaran (superficial atau dalam,
terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi,
nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu
bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan
dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom (Meliala,2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan definisi nyeri?
2. Bagaimana
proses terjadinya patofiologi nyeri?
3.
Bagaimana cara mengklasifikasikan nyeri?
4.
Apakah tujuan dari pengukuran nyeri bagi fisioterapi?
5.
Apa saja persyaratan melakukan
pengukuran nyeri menggunakan Skala VAS?
6.
Bagaimana cara melakukan proses
pengukuran nyeri menggunakan Skala VAS?
C. Tujuan
1. Memahami
apa yang dimaksud dengan definisi nyeri.
2.
Menjelaskan proses terjadinya
patofisiologi nyeri.
3.
Menjelaskan cara mengklasifikasikan
nyeri.
4.
Menjelaskan tujuan dari pengukuran nyeri
bagi fisioterapi.
5.
Menjelaskan peryaratan melakukan
pengukuran nyeri menggunakan Skala VAS.
6. Menjelaskan
cara proses pengukuran nyeri menggunakan VAS.
PENGUKURAN KUANTITAS NYERI
A.
Pengertian Nyeri
The International Association for the Study of Pain memberikan defenisi nyeri, yaitu: suatu perasaan pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan suatu
jaringan yang nyata atau yang berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu.
Dari definisi ini dapat ditarik tiga kesimpulan, yakni: nyeri merupakan suatu
pengalaman emosional berupa sensasi yang tidak menyenangkan. Nyeri terjadi
karena adanya suatu kerusakan jaringan yang nyata seperti luka pasca bedah atau
trauma akut, dan nyeri terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata
seperti nyeri kronik atau proses penyembuhan trauma lama, nyeri post herpetic,
phantom atau trigeminal. Dengan demikian pada prinsipnya nyeri terjadi
karena ketidakseimbangan antara aktivitas supressor dibandingkan dengan
depressor pada fase tertentu akibat gangguan suatu jaringan tertentu. Ujung
dari permasalahan muskuloskeletal yang sangat mengganggu seorang individu
adalah timbulnya nyeri dengan segala deviasinya. Umumnya penderita baru akan
merasa dirinya sakit dan tidak nyaman dalam hidupnya, kemudian mencari
pertolongan bila rasa nyeri sudah terasa mengganggu.
B.
PATOFISIOLOGI NYERI
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,
eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara
stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses
tersendiri tranduksi, transmisi,
modulasi, dan persepsi.
1.
Transduksi
adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu
serabut A-beta, A-delta, dan C. berespon
secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut
penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent
nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf
aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator
inflamasi.
2. Transmisi
adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medulla spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron
aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan
kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal.
3.
Modulasi
adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian
reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di
kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga
mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area
otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju
medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan,
atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
4.
Persepsi nyeri
adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil
dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang
berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara
anatomis, reseptor nyeri ( nociseptor ) ada yang bermiyelin dan
ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf
aferen. (Anas Tamsuri, 2006)

Gambar
patofisiologi nyeri
C. Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan
durasi terjadinya, nyeri dibagi menjadi:
a. Nyeri
akut
adalah nyeri yang terjadi karena adanya inflamasi atau peradangan.
b. Nyeri
kronik
adalah nyeri yang terjadi karena adanya proses degeneratif.
c. Referred
pain
adalah nyeri yang terjadi karena adanya
perubahan patologogi pada akar syaraf.
2. Berdasarkan sifatnya, nyeri dibagi
menjadi:
a. Nyeri fisiologis
adalah sensor normal yang berfungsi
sebagai alat proteksi tubuh
b. Nyeri patologis
adalah sensor abnormal
yang menderitakan seseorang.
3. Berdasarkan sumbernya, nyeri dibagi
menjadi:
a.
Nyeri Kutan (Cutaneus
Pain).
Nyeri berasal dari kulit dan
jaringan subkutan. Lokasi sumber nyeri biasanya diketahui dengan pasti dan
nyeri biasanya tajam serta rasa terbakar.
b.
Nyeri Somatis Dalam (Deep
Somatic Pain).
Nyeri berasal dari otot,
tendon, sendi,pembuluh darah atau tulang. Sifat nyeri biasanya menyebar.
c.
Nyeri Visera (Visceral
Pain).
Nyeri berasal dari organ
internal, misalnya: Ulser pada lambung, appendicitis atau batu ginjal. Sensasi
nyeri disalurkan dari organ melalui saraf simpatis atau parasimpatis ke susunan
saraf pusat.
d.
Psychogenic Pain
Adalah nyeri yang dipengaruhi
oleh pengalaman fisik dan mental seseorang.
4. Berdasarkan penyebabnya, nyeri dibagi
menjadi:
a.
Neuropatik,
Berkaitan dengan adanya
gangguan/masalah pada sistem saraf baik pusat maupun perifer, contohnya post-stroke
pain.
b.
Nosciceptive,
Berkaitan dengan adanya
gangguan/masalah pada jaringan tubuh (musculoskeletal, kutaneus, atau visceral),
contohnya nyeri inflamasi
c.
Campuran,
Berkaitan dengan komponen
neuropati dan nosciceptive, contohnya LBP disertai radiculopathy.
D. Tujuan Pengukuran
Nyeri
a.
Mengetahui kuantitas nyeri
b. Menuntun menyusun pemilihan modalitas
dan metode fisioterapi nyeri
c. Alat evaluasi
d. Membantu menegakkan diganosa
fisioterapi
Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan numerical
rating scale (NRS), verbal rating scale (VRS), visual analog
scale (VAS) dan faces rating scale. VAS (Visual Analogue Scale)
telah digunakan sangat luas dalam beberapa dasawarsa belakangan ini dalam
penelitian terkait dengan nyeri dengan hasil yang handal, valid dan
konsisten.VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas
nyeri dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0 –100
mm dengan rentangan makna: Skala VAS Interpretasi 0 – 29 mm(
Tidak Nyeri), 30 – 49 mm (Sedikit nyeri), 50 – 69mm ( Nyeri), 70 – 89mm (Nyeri
Berat), dan 99 – 100mm ( Nyeri Sangat berat). Cara penilaiannya adalah
penderita menandai sendiri dengan pensil pada nilai skala yang sesuai dengan
intensitas nyeri yang dirasakannya setelah diberi penjelasan dari peneliti tentang
makna dari setiap skala tersebut. Penentuan skor VAS dilakukan dengan mengukur jarak
antara ujung garis yang menunjukkan tidak nyeri hingga ke titik yang ditunjukkan
pasien.

Gambar
Skala VAS untuk Pasien dan untuk Fisioterapis

Gambar Skala VAS untuk
Fisioterapis
E. Persyaratan
melakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala VAS
1. Penderita sadar atau tidak mengalami gangguan mental/kognitif sehingga
dapat berkomunikasi dengan fisioterapis
2. Penderita dapat melihat dengan jelas, sehingga
penderita dapat menunjuk titik pada skala VAS berkaitan dengan kualitas nyeri
yang dirasakannya.
3. Penderita kooperatif,
sehingga pengukuran nyeri dapat terlaksana. Catatan: anak kecil, meskipun
sadar, namun tidak kooperatif untuk berkomunikasi.
F. Prosedur pengukuran kualitas nyeri menggunakan
VAS
1.
Menjelaskan kepada penderita
tentang tujuan pengukuran dilakukan
2.
Menjelaskan kepada penderita
bahwa sudut kanan berarti tidak nyeri, tengah berarti nyeri sedang dan sudut
kiri berarti sangat nyeri (VAS bagian depan)
3.
Menyuruh pasien memilih atau
menggerakkan arah panah VAS pada skala nyeri sesuai dengan intensitas nyeri
yang dirasakan saat diam/tidak bergerak (nyeri diam)
4.
Menekan area tubuh pasien yang dikeluhkan atau area tubuh lain
yang terkait lalu menyuruh pasien memilih/ menggerakkan arah panah VAS pada
skala nyeri sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan saat area tersebut
ditekan (nyeri tekan)
5.
Menggerakkan area tubuh pasien yang dikeluhkan atau area tubuh
lain yang terkait lalu menyuruh pasien memilih atau menggerakkan arah panah VAS
pada skala nyeri sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan saat digerakkan
oleh pemeriksa (nyeri gerak)
6.
Mencatat lalu menginterpretasikan makna
nyeri yang dinyatakan oleh penderita dengan membandingkan alat ukur nyeri yang
tersedia di bagian belakang VAS.
DAFTAR PUSTAKA
Aras, Djohan. 2017.
Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar : CV. Physo Sakti
Fisionesia. 2015.
Patofisiologi Nyeri. Di ambil dari:
https://fisionesia.wordpress.com/2015/02/26/patofisiologi-nyeri(
02 Oktober 2018)
Bahrudin , Mochamad.
2018. Patofisiologi Nyeri. Di ambil dari:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/5449/5246
( 02 Oktober 2018)
No comments:
Post a Comment