BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Short Wave Diathermy (SWD), adalah modalitas pemanasan dalam diterapkan cukup untuk memberikan panas ke jaringan dalam, dan telah
digunakan untuk tujuan terapi sejak 1928. Unit komersial yang digunakan untuk
tujuan ini memiliki frekuensi 27,12 MHZ dan panjang gelombang 11.06m. Pada umumnya
yang digunakan adalah arus continous
juga disebut sebagai mode constant
telah digunakan untuk menyediakan panas ke jaringan dalam sementara mode
intermitten pulse memberikan pemanasan intermiten dan memiliki efek pemanasan
kurang dalam. Tujuan dari pemberian Short
Wave Diathermy (SWD) adalah dapat membantu dalam mengelola rasa sakit dan
meredakan spasme otot dengan mengatasi radang dan juga mengurangi pembengkakan.
Hal ini juga mempromosikan vasodilatasi dengan meningkatkan aliran darah dan
pemenuhan jaringan ikat , meningkatkan elastisitas otot dan menurunkan kekakuan
sendi (Yasmeen et al, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan SWD?
2. Apa saja biofisika dan neurofisiologi dari SWD?
3. Efek apa saja yang di timbulkan dari SWD?
4. Apa saja indikasi, kontraindikasi dari SWD?
5. Bagaimana
cara mengaplikasikan SWD?
C. Tujuan Program
Mampu
menjelaskan dan menerapkan penggunaan
SWD ( Short Wave Diathermy) sebagai salah satu modalitas elektroterapi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Diathermy merupakan aplikasi energi
elektromagnetik dengan frekuensi tinggi yang terutama digunakan untuk
membangkitkan panas dalam jaringan tubuh. Diathermy juga dapat digunakan untuk
menghasilkan efek-efek nonthermal. Diathermy yang digunakan sebagai modalitas
terapi terdiri atas Short Wave Diathermy (yang akan dibahas). Short wave
diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik
dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision
(FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy,
yaitu :
1. Frekuensi
27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2. Frekuensi
13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3. Frekuensi
40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter.
Frekuensi yang sering digunakan pada SWD
untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11
meter.
B. Biofisika SWD
1. Teori
Gate Control dari Melzack danWall
Arus
interferensi yang diberikan pada intensitas yang sesuai , akan lebih mengaktifkan
serabut saraf afferen besar (A alfa dan A beta) karena serabut saraf besar
memiliki ambang rangsang listrik yang rendah dan arus interferensi mempunyai
sifat stimulasi dengan durasi yang rendah. Aktivasi serabut saraf besar akan
merangsang sel interneuron kecil di substansia gelatinosa yang memblokir input
rangsang serabut saraf afferen kecil (A delta dan C) ke sel transmisi (sel T)
yang akan membawa impuls nyeri ke otak, dengan cara inhibisi presinaps
(Paliyama, 2004).
(source
:Aras, 2017)
2. Peningkatan
pengangkutan materi kimiawi simulator maupun mediator nyeri dari daerah
jaringan yang mengalami kelainan atau kerusakan sehingga nyeri akan berkurang.
3. Placebo effect
Sedangkan
ahli yang lain berpendapat bahwa pengurangan nyeri juga dapat melalui mekanisme
normalis fungsi neurovegetatif yaitu dengan meningkatkan elastisitas jaringan
kolagen akibat perbaikan sirkulasi darah pada jaringan yang bersangkutan
sebagai hasil tertekannya saraf simpatis (Prajoto dalam Aras, 2017)
C. Neurofisiologi
1. Pain
Depressor
a. Nyeri
menurun
b. Vasodilatasi
primer
c. Tonus
menurun
2. Homeostatic
Vasomotion
a. Tekanan
hydrostatic pro intravasal 35 mmHg, distal 15 mmHg
b. Tekanan
hydrostatic pro extravasal 15 mmHg, distal 25 mmHg
3. Gate
Control
a. Saraf
tipis membuka pintu gerbang menyebabkan nyeri meningkat
b. Saraf
tebal mengunci pintu gerbang menyebabkan nyeri berkurang
4. Tipe
Saraf
Menurut Hunt, tipe
saraf dibagi menjadi :
a.
Tipe saraf Ia : Tonus
b.
Tipe saraf Ib : Golgi tendon (protective overload)
c.
Tipe saraf II : Bermyelin tebal, pain dumping raba, tekan
sedang
d.
Tipe saraf IIIa : Bermyelin sedang, pain dumping reaksi
radang kronik
e.
Tipe saraf IIIb : Bermyelin tipis, nosiseptor radang kronik
f.
Tipe saraf IV a, b, dan
c : Bermyelin tipis, nosiseptor reaksi radang akut dan subakut
Menurut Erlanger dan Gusser, tipe
serabut sarab sebar berikut :
Jenis Serabut
|
D`iameter
|
Cepat Hantar
|
Lama Defleksi Tajam (Mill.Oem)
|
Lama After Pot Negatif
|
Lama After Pot Positif
|
Fungsi
|
A ( α )
|
13 – 22
|
70 - 120
|
0,4 - 0,5
|
12 - 20
|
40 – 60
|
Motorik -
Proprio ceptor otot
|
A ( β )
|
8 – 13
|
40 – 70
|
0,4 - 0,6
|
?
|
?
|
Raba tekan
kinestesi
|
A ( γ )
|
4 – 8
|
15 - 40
|
0,5 - 0,7
|
?
|
?
|
Raba,
motorik Muscles Spindle
|
A ( δ )
|
1 – 4
|
5 - 15
|
0,6 – 1
|
?
|
?
|
Nyeri,
panas/ dingin, Tek
|
B
|
1 – 3
|
3 - 14
|
12,5
|
-
|
100 - 300
|
Otonom Pra
Ganglion
|
C
|
0,2 - 0,1
|
0,2 - 2
|
2,00
|
50 - 40
|
3000- 1000
|
Nyeri,gatal,
panas /dingin, tekanan, pasca ganglion
|
Kontaksi
D. Efek
Short Wave Diathermy
1. Efek
Fisiologis
a. Perubahan
panas/temperatur
1) Reaksi
lokal/jaringan
a) Meningkatkan
metabolisme sel-sel lokal sekitar + 13% setiap kenaikan temperatur 1º C.
b) Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga
timbul homeostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
2) Reaksi
general
a) Mengaktifkan
sistem thermoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan kenaikan temperatur
darah untuk mempertahankan temperatur tubuh secara general.
b) Penetrasi
dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas
b. Jaringan
ikat
Meningkatkan
elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan collagen kulit, tendon,
ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matriks jaringan;
pemanasan ini tidak akan menambah panjang matriks jaringan ikat sehingga
pemberian SWD akan lebih berhasil jika disertai dengan latihan peregangan.
c. Otot
1) Meningkatkan
elastisitas jaringan otot.
2) Menurunkan
tonus otot melalui normalisasi nocisensorik, kecuali hipertoni akibat emosional
dan kerusakan SSP.
d. Saraf
1) Meningkatkan
elastisitas pembungkus jaringan saraf.
2) Meningkatkan
konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang (threshold).
2. Efek Bio-Therapeutik Reaction ( reaksi
penyembuhan luka)
Reaksi penyembuhan (healing process) disebut juga neurogenic
inflammation. Misalnya peningkatan reaksi radang, vasodilatasi di dalam
area cidera dan vasokonstriksi disekitar cidera, proliferasi dan lain-lain.
Peran EM 27 Mhz di sini adalah memacu reaksi radang, proliferasi collagen dan
sicatrix, serta mengurangi nyeri pada fase kronik.
E. Indikasi dan
kontraindikasi
1. Indikasi
Indikasi
SWD baik CEM dan IEM
adalah kondisi-kondisi subakut dan kronik pada gangguan neuromuskuloskeletal
(seperti sprain/strain, osteoarthritis, cervical syndrome, dan lain-lain). Energi elektromagnetik yang
intermitten bisa diterapkan pada fase-fase penyembuhan luka. Terutama pada fase
peradangan sangat membantu melindungi jaringan dan struktur persendian.
Beberapa jenis patologi seperti traumatologi, rematologi, dapat dipercepat
proses penyembuhan lukanya dengan adanya pemberian energi elektromagnetik 27
MHz.
Sebagai
syarat untuk menentukan indikasi perlu dipertimbangkan 3 hal yaitu :
a. Stadium
dari proses penyembuhan luka
b. Sifat
dari jaringan atau organ yang mengalami kerusakan seperti otot, lemak atau
jaringan lain.
c. Lokalisasi
dari jaringan atau organ yang mengalami kerusakan
Beberapa contoh indikasi yang banyak
digunakan antara lain :
a. Kelainan-kelainan
pada tulang, sendi dan otot misalnya R.A. , pos traumatik.
b. kelainan
pada syaraf perifer seperti neuropati dan neuralgia.
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi
dari continuos SWD adalah pemasangan besi pada tulang, tumor atau kanker,
pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi, kondisi
menstruasi dan kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis. Kontraindikasi
dari pulsed SWD adalah tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, regio mata
dan testis, kondisi menstruasi dan kehamilan. Pada gangguan akut
neuromuskuloskeletal merupakan kontraindikasi dari continuos SWD tetapi bagi
pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi yang rendah. Pada prinsipnya
kontra indikasi pada penggunaan energi elektromagnetik 27 MHz yang intermitten
maupun continue dengan energi elektromagnetik 24,50 MHz adalah sama. Pada
dasarnya tidak ada batasan berapa besar energi elektromagnetik yang
diperbolehkan untuk menimbulkan panas dalam jaringan tubuh. Pada terapi dengan
energi elektromagnetik 27 MHz harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penggunan
tidak boleh menimbulkan nyeri bahkan tidak boleh sampai menyebabkan panas yang
berlebihan.
b. Penggunaanya
tidak boleh sampai timbul panas apabila terdapat kemungkinan bahwa dengan
terapi ini dapat memperberat peradangan atau diperlirakan ada gangguan
sirkulasi darah sehingga tidak dapat menyebarkan panas yang terjadi.
Beberapa
kontra indikasi pada pemberian energi elektromagnetik 27 MHz :
a. Logam
dalam tubuh
Pemberian
energi elektromagnetis 27 MHz pada jaringan tubuh yang ada logamnya akan
menyebabkan konsentrasi energi pada logam, sehingga jaringan disekitar logam
akan dapat panas yang berlebihan akibatnya bisa terbakar.
b. Alat-alat
Elektronis
Energi
elektromagnetik dapat mempengaruhi alat-alat elektronis sehingga dapat
mengalami kerusakan misalnya : disket komputer, jam tangan, alat audio visual
dan alat-alat elektro medis yang digunakan oleh fisioterapis dan pace maker.
c. Gangguan
peredaran darah/pembuluh darah
Pemberian
energi elektromagnetik 27 MHz, cenderung menimbulkan pendarahan/gangren dan
atau trombose, buerger' descase dan raynaud's desease atau gangguan jantung
yang mengarah ke dekompensasi.
d. Nilon
dan bahan lain yang tidak menyerap kringat
Karena
bahan ini tidak menyerap kringat, sehingga dapat mengundang adanya kosentrasi
energi elektromagnetik 27 MHz yang dapat mengakibatkan luka bakar di jaringan.
e. Jaringan
dan organ yang mempunyai banyak cairan
Misalnya
pada mata atau luka basah dan eksim basah yang dapat menimbulkan kebakaran
dijaringan.
f. Gangguan
sensabilitas
Pada
gangguan ini, terutama panas dan dingin, maka pemberian dosis secara subyektif
sebaiknya dihindari. Pelaksanaan terapi pada kasus-kasus seperti ini dianjurkan
menggunakan intensitas 30% lebih rendah dari intensitas semula.
g. Neuropati
Jenis
neuropati yang dimaksudkan di sini adalah neuropati yang diikuti adanya
gangguan tropis pada syaraf perifer. Akibatnya ada gangguan reaksi sirkulasi
darah yang perlu untuk proses metabolisme yang baik selama pemberian elektro
magnetik. Jenis neuropati yang lain yang kontra indikasi adalah neuropati
akibat DM, angiopati dibetika, yang dapat menimbulkan gangguan sensabilitas.
h. Transqualiser
Pada
pasien yang memakai alat transqualizer pemberian energi elektromagnetik dapat
memungkinkan terjadinya over dosis, karena pasien yang menggunakannya biasanya
mengalami gangguan kesadaran.
i.
Infeksi akut dan demam
Pemberian
EEM 27 MHz pada keadaan ini dapat memperluas infeksi bakteri melalui aliran
darah.
j.
Setelah menjalani
terapi rontgen
Dengan
pemberian EEM 27 MHz pada jaringan yang menjalani terapi rontgen mempunyai efek
yang lebih kuat, sehingga jaringan tersebut menjadi lebih peka.
k. Jaringan
yang mitosisnya sangat cepat
Yang
dimaksud disini adalah epiphysis tulang dan organ-organ pembuat darah, dan
uterus pada ibu hamil. Pemberian EEM kontra indikasi pada epiphysis pada usia
18 tahun. Sedangkan pada tumor kecepatan mitosisnya jadi lebih tinggi sehingga
mudah terjadi metastasis.
l.
Menstruasi
Pemberian
EEM 27 MHz pada saat menstruasi pada daerah lumbal dan sakral (lumbosakral)
dapat mengganggu siklus menstruasinya.
m. Kehamilan
Aplikasi
EEM 27 MHz secara langsung di daerah kehamilan atau daerah lumbal dan sakral
akan menyebabkan gangguan keseimbangan zat asam (oksigen) pada plasenta.
n. Faktor
Kolagen
Pemberian
EEM 27 MHz pada RA, dimana terjadi kenaikan temperatur sendi dapat menunjukkan
adanya kolagenelise. Dengan kenaikan temperatur 5 derajat celcius di intra
articular maka enzim perusak jaringan kolagen juga ikut meninggi (tambah
banyak).
F. Aplikasi Short
Wave Diathermy
1.
Persiapan pasien
a.
Tes sensibilitas
tajam tumpul / nyeri
b.
Posisi pasien aman
dan nyaman
c.
Bebaskan area yang akan
diterapi dari logam
d.
Informasikan sensasi
yang akan didapatkan
2.
Persiapan alat
a.
Sebelum memasang alat, lakukan tes alat terlebih dahulu
b.
Pad di tempatkan pada aspek yang berlawanan dari struktur yang akan
diobati. Contohnya, ketika dilakukan penanganan pada sendi lutut pad biasanya ditempatkan pada area medial
dan lateral. Biasanya juga pad dipasang
sesuai dengan metode yang dipilih.
3.
Dosis elektro
terapi menggunakan interferensi
a. Frequency
1)
Dosis tinggi, interval
agak lama: 3-4 kali per minggu
2)
Dosis rendah, interval singkat
: tiap hari-beberapa kali perhari
b. Intensity
1)
Berdasarkan stadium,
jenis, dan sifat cidera
2)
Akut = 2 x /
hari(50-100Hz), Kronik = 1 x / hari (50Hz).
c. Technique
Coplanar, contraplanar, segmental animal, segmental
sympatik.
d. Time
Dilakukan
selama 10-15 menit.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diathermy
merupakan aplikasi energi elektromagnetik dengan frekuensi tinggi yang terutama
digunakan untuk membangkitkan panas dalam jaringan tubuh. Short wave diathermy
adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik dengan arus
bolak balik frekuensi tinggi. Frekuensi
yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12
MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
Federal
Communications Commision (FCC) telah menetapkan
3 frekuensi yang digunakan pada short wave
diathermy yaitu :
1) Frekuensi
27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2) Frekuensi
13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3) Frekuensi
40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter.
B. Saran
Dalam
penulisan protap ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, maka untuk itu
saya sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Dosen pengajar serta
teman-teman, sehingga dapat saya gunakan sebagai acuan dalam penulisan protap
berikutnya. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek
fisioterapi dan bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan protap ini
dengan sebaik – baiknya sebagai penambah ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Aras, D., & Ahsaniyah, B. 2017. Sumber Fisis. Physio Sakti:
Makassar.
Sandy
Ranny, Electrotherapy, third edition, Edmonton 1989.
No comments:
Post a Comment