Sunday, December 23, 2018

PENGUKURAN ROM (Range Of Motion)


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan “protap pengukuran ROM (range of motion)” ini dalam waktu yang telah ditentukan.
            Sholawat serta salam selalu tercurahkan untuk Rasulullah SAW yang telah mengubah zaman sehingga kita dapat menentukan yang haq dan yang bathil.
            Dengan adanya penulisan laporan ini sehingga dapat membantu dalam pembelajaran, dan bisa menyelasaikan masalah-masalah khususnya dalam ruang lingkup proses dan pengukuran fisioterapi. Disamping itu, saya menyadari bahwa mungkin terdapat banyak kesalahan baik penulisan maupun dalam penyusunannya yang tidak saya ketahui.
                                                                                                Makassar, 06 Oktober 2018























BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengukuran ROM atau jarak antar sendi penting untuk dilakukan oleh fisioterapis dalam rangka untuk mendeteksi adanya gangguan gerakan fungsi  gerak pada persendian pasien. ROM yang terbatas memberikan informasi adanya gangguan pada sendi yang terbatas tersebut sehingga perlu dicari apa penyebab keterbatasannya. Penyebab tersebut bisa berupa nyeri, perlengketan jaringan intra artikular, pembengkakan di sekitar sendi, pemendekan jaringan otot/tendon sekitar sendi, dan atau terhalang oleh sesuatu di luar sendi, dan sebagainya. Untuk memastikannya, maka perlu dilakukan pemeriksaan pengukuran yang lebih spesifik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan ROM?
2.      Apakah tujuan dari pengukuran ROM?
3.      Apa saja jenis-jenis pengukuran ROM?
4.      Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM?
5.      Apakah prinsip pengukuran ROM?
6.      Bagaimana cara melakukan pengukuran ROM?
C.    Tujuan
1.      Menjelaskan pengertian ROM
2.      Menjelaskan tujuan pengukuran ROM
3.      Menjelaskan jenis-jenis pengukuran ROM
4.      Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM?
5.      Menjelaskan prinsip pengukuran ROM
6.      Terampil melakukan pengukuran ROM









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi ROM
Range Of Motion (ROM) merupakan luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi dan merupakan ruang gerak/batas-bata gerakan dari suatu kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot tersebut dapat memendek atau memanjang secara penuh atau tidak.
ROM merupakan istilah untuk menggambarkan seberapa luas sendi dapat bergerak. Selain itu, ROM adalah jarak pergerakan penuh dari sebuah sendi yang dapat terjadi antara atau beberapa tulang.
Struktur yang terlibat di dalam ROM sendi adalah jaringan otot, permukaan sendi, kapsul, ligamen, fasciae, pembuluh darah dan saraf.


B.     Tujuan Pengukuran ROM
Tujuan pengukuran ROM adalah :
1.      Mengetahui lingkup gerak satu sendi dibandingkan sendi lainnya. Misalnya antara sendi yang sakit dengan sendi yang normal
2.      Mengevaluasi keberhasilan intervensi atau pemberian terapi
3.      Mendokumentasikan kemajuan lingkup gerak suatu sendi
4.      Membantu meningkatkan motivasi pasien
5.      Dapat digunakan untuk penelitian
C.    Jenis Pengukuran ROM
1.      Metode pengukuran ROM
Metode dalam pengukuran ROM dapat dilakukan secara :
a.       Aktif ROM
Gerakan sendi yang sepenuhnya dikontrol oleh otot pada sendi yang bersangkutan sehingga dikenal dengan internal force ROM.
b.      Pasif ROM
Gerakan sendi yang sepenuhnya ditimbulkan oleh usaha dari luar dengan bantuan orang lain/fisioterapis, pengaruh gravitasi, dan atau alat tertentu, sehingga dinyatakan sebagai eksternal force ROM.
c.       Aktif-Assistif ROM
Perubahan ruang lingkup gerak sendi yang terjadi karena selain dikontrol oleh otot disekitar sendi juga dibantu dari luar/fisioterapis.
2.      Jenis Pengukuran ROM
a.       ZSP (zero starting position)
Posisi awal gerakan (sendi lurus) dikatakan sebagai 0 derajat bukan 180 derajat, berarti awal gerakan dimulai dan menjauhi tubuh ke arah mendekati tubuh.
Metode tersebut dikenal juga dengan sebutan ISOM (International Standard Orthopedic Measurement). Beberapa kekhususan metode pengukuran ROM dengan ISOM adalah :
1)      Cara penulisan yang disingkat : F 0 . 0 . 135° akhir gerakan ke arah mendekati tubuh (dibuat dalam 3 kategori angka numerik).
a)      Huruf F menunjukkan bidang gerak yaitu frontal
b)      Angka numerik 0 yang pertama menunjukkan angka hiperekstensi, contoh -15° adalah hiperekstensi elbow joint
c)      Angka numerik 0 yang kedua menunjukkan angka posisi netral elbow joint
d)      Angka numerik yang ketiga (misalnya 135°) menunjukkan full fleksi elbow joint.
2)      Makna dari penulisan
a)      Ada atau tidaknya hiperekstensi
b)      Ada atau tidaknya stiffness joint yang dinyatakan dalam derajat tertentu.
c)      Ada atau tidaknya posisi lingkup gerak sendi yang ada yang dinyatakan dalam derajat tertentu
3)      Makna dari cara pengukuran
Diukur berdasarkan derajat-derajat dari limitasi dan atau lingkup gerak sendi yang ada, sehingga pengukuran ZSP/ISOM tersebut praktis namun memiliki multi interpretasi.
b.      Metode pengukuran konvensional
Pengukuran ROM yang dimulai dan diakhiri sesuai dengan arah dan bidang gerak sendi. Misalnya dari arah fleksi elbow ke ekstensi dan atau arah ekstensi elbow ke fleksi, sehingga cara membacanya harus selalu dicantumkan arah gerakan sendi, misalnya arah gerakan dari ekstensi ke fleksi elbow atau dari fleksi ke ekstensi elbow. Pada metode pengukuran tersebut ditentukan lingkup ROM yang limitasi yang kemudian digabung dengan lingkup ROM yang tersedia serta tidak ditentukan bidang gerak sendi yang ada.
c.       Metode pengukuran lingkup multisendi
Metode pengukuran lingkup multisendi berdasarkan teori dari Djohan Aras. Metode pengukuran beberapa sendi yang dilakukan sekaligus secara bersamaan dengan menggunakan meteran untuk mengetahui seberapa besar perubahan lingkup sendi yang terjadi secara bersama-sama. Pada umumnya digunakan pada sekumpulan sendi yang posisinya saling berdekatan misalnya pada kolumna verttebralis, karena pada kolumna vertebralis sulit diukur lingkup sendinya pada setiap ruas sendi vertebra. Contoh pengukuran lingkup sendi fleksi pada regio lumbosakral.
3.      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ROM
a.       Rehabilitas :
Hilangkan faktor penghambat seperti pakaian, variasi posisi, jam, dsb.
b.      Umur:
1). Pada umur 20-30 tahun terjadi perubahan ROM
2). ROM stabil pada usia >30-60 tahun dalam artian perubahan lingkup gerak sendi relatif stabil
3). Usia >60 tahun akan terjadi perubahan-perubahan berupa penurunan ROM karena faktor degeneratif.
c.       Jenis Kelamin:
Wanita cenderung lebih besar ROMnya dibandingkan pria
d.      Sisi dominan:
Normal gerak sendi tidak ada perbedaan kanan dan kiri
e.       Tipe gerakan:
Gerakan yang dilakukan apakah gerakan aktif, pasif, ataupun aktif-assistif
f.       Validitas alat ukur:
Alat ukur yang digunakan adalah goniometer yang sesuai dengan ciri sendi. Misalnya sendi yang besar menggunakan goniometer yang besar, dsb.
g.      Tingkat pengetahuan dan penguasaan fisioterapis
Melakukan pengukuran dengan cara menentukan titik ukur yang akurat, dan melakukan interpretasi berdasarkan parameter alat ukur ROM yang baku pada setiap sendi.
4.      Prinsip pengukuran ROM
a.       Positioning pasien
b.      Ketersediaan alat ukur (jenis-jenis goniometer) dan parameter
c.       Akurasi fisioterapis yang melakukan pengukuran
5.      Praktek melakukan pengukuran ROM
a.       Persiapan
1). Siapkan pasien dalam tanpa penghalang
2). Mempersiapkan alat/jenis-jenis goniometer
3). Mempersiapkan protap pengukuran ROM
b.      Pelaksanaan
1). Fisioterapis memposisikan pasien sedemikian rupa, mempersiapkan goniometer sesuai dengan sendi yang akan di ukur serta parameter pengukuran berdasarkan protap
2). Berkomunikasi kepada pasien tentang tujuan pengukuran
3). Fisioterapi menentukan titik fulcrum pada sendi yang akan diukur, tangkai fixator  pada goniometer diletakkan pada medial lain bagian sendi inmobile, sedangkan tungkai goniometer yang lainnya diposisikan pada medial line bagian sendi yang mobile, selain itu jika menggunakan meteran, maka pasien diposisikan berdiri pada posisi ekstensi mulai dari C0 ke S1 (dapat dimodifikasi) kemudian pasien dihiperfleksikan lalu fisioterapis membandingkan antara posisi terpendek pada hiperekstensi ke posisi terpanjang pada posisi hiperfleksi kolumna vertebralis. Parameter normal jika mencapai selisih 10 cm. Kurang dianggap hipo, dan lebih dianggap hiper. Sedangkan penggunaan inklinometer , yakni posisi pasien sedemikian rupa, lalu inklinometer diletakkan pada titik fulcrum yang telah ditentukan (posisi netral) kemudian pasien melakukan gerakan aktif atau pasif lalu diliat pada angka inklometer kemudian membandingkan dengan parameter yang ada untuk diinterpretasikan, kemuian dicatat.
4). Fisioterapis memberikan instruksi kepada pasien sesuai dengan jenis pengukuran ROM yang dikehendaki (misalnya gerakan aktif, pasif, atau aktif-asisstif) dan pada akhir lingkup gerak sendi fisioterapis membaca nilai yang tertera pada goniometer.
5). Fisioterapis menginterpretasikan nilai akhir pada ROM yang dicapai dengan membandingkan parameter pengukuran sendi yang tersedia, lalu didokumentasikan.
6.      ROM normal setiap regio

GERAKAN

LETAK GONIOMETER
ROM NORMAL
CERVICAL
 Ekstensi/Fleksi
 Lat,Fleksi Destra/Sinistra
 Rotasi Destra/Sinistra

Temporomandibular joint Garis tengah proc.mastoideus
Garis tengah hidung

S.45° - 0° - 40°
F.45° - 0° - 45°
R.50° - 0° - 50°
THORACAL & LUMBAL
 Ekstensi/Fleksi
 Lat,Fleksi Destra/Sinistra
 Rotasi Destra/Sinistra

Garis tengah tubuh
Garis tengah vertebra
Garis tengah sutura frontalis

S.30° - 0° - 85°
F.30° - 0° - 30°
R.45° - 0° - 45°
SHOULDER
 Ekstensi/fleksi
 Abduksi/Adduksi
 Abd/Add Horizontal
 Ekso/Endorotasi

Titik tengah aspek lat.acromion
Titik tengah aspek ant.acromion
Titik tengah aspek lat.acromion
Olecranon os ulna

S.50° - 0° - 170°
F.170° - 0° - 75°
T.30° - 0° - 135°
R.90° - 0° - 80°
ELBOW
 Ekstensi/fleksi
Supinasi/Pronasi

Epicondylus lateran humerus
Jari ke tiga

S.0° - 0° - 150°
R.90° - 0 - 80°
WRIST
 Ekstensi/Fleksi
 Radial/ulnar Deviasi

Os Triquetrum
Os capitatum

S.50° - 0° - 60°
F.20° - 0° - 30°
CARPOMETACARPAL 1
 Ekstensi/Fleksi
 Abduksi/Adduksi

Proc. Styloideus radi
Proc. Styloideus radi

S.0° - 0° - 50°
F.30° - 0 - 70°
METACARPAL PHALANGS
 Ekstensi/fleksi Tumb
 Ekstensi/Fleksi Jari 2-5
 Abduksi/Adduksi

Bagian dorsum MCP
Bagian dorsum MCP
Bagian dorsum MCP

S,90° - 0° - 55°
S.45° - 0° - 90°
F.30° - 0° - 0°
PROKS. INTERPHALANGS
 Ekstensi/fleksi tumb
 Ekstensi/fleksi jari 2-5

Bagian dorsum IP
Bagian dorsum IP

S.5° - 0° - 90°
S.0° - 0° - 115°
DIS, INTERPHALANGS
 Ekstensi/fleksi jari 2 – 5

Bagian dorsum IP

S.20° - 0° - 90°
HIP
 Ekstensi/fleksi
 Abd/Adduksi
 Ekso/Endorotasi

Trokhantor mayor
SIAS
Titik tengah Os.Patella

S.15° - 0° -125°
F.45° - 0° - 15°
R.45° - 0° - 45°
KNEE
 Ekstensi/Fleksi
 Ekso/Endorotasi

Epicondylus Lat.Femur
Calcaneus

S.0° - 0° - 135°
R.40° - 0° - 35°
ANKLE
 Plantar/Dorso fleksi
 Eversi/Inversi

Maleolus Lat.Fibula
Garis tengah jari kedua

S.20° - 0° - 35°
R.30° - 0° - 20°
METATARSAL PHALANGS
 Ekstensi/Fleksi

Bagian dorsum MTP

S.40° - 0° - 40°


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Range Of Motion (ROM) merupakan luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi dan merupakan ruang gerak/batas-bata gerakan dari suatu kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot tersebut dapat memendek atau memanjang secara penuh atau tidak.
B.     Saran
Dalam penulisan protap ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, maka untuk itu saya sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak Dosen
pengajar serta teman-teman, sehingga dapat saya gunakan sebagai acuan dalam penulisan protap berikutnya.
Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu tersebut dalam praktek fisioterapi dan bagi para pembaca diharapkan dapat memanfaatkan protap ini dengan sebaik – baiknya sebagai penambah ilmu pengetahuan.



DAFTAR PUSTAKA

 

Aras, D. (2017). Proses dan pengukuran fisioterapi. Makassar: CV.Physio Sakti.















2 comments:

  1. Ada beberapa kalimat yang kurang dimengerti. Mungkin perlu diperbaiki susunannya supaya mudah dipahami.

    ReplyDelete
  2. ka mau dong up juga tata cara pemeriksaan ROM tiap regionya

    ReplyDelete